.quickedit{display:none;}

728x90 AdSpace

  • Berita Terbaru

    Selasa, 06 Desember 2016

    Cara Mudah Memahami PTK


    judul: cara mudah memahami PTK
    I.  SEPUTAR PTK

    A.      Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

    Berdasarkan Permennegpan dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009  guru harus melaksanakan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Macam pengembangan keprofesian berkelanjutan yang dilakukan guru seperti terdapat pada buku 4 tentang Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dan Angka Kreditnya salah satunya adalah melakukan publikasi ilmiah atas hasil penelitian. 
    Penelitian tindakan kelas merupakan upaya nyata yang dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas. Penelitian tindakan merupakan proses di mana para peserta (participants) menguji praktik pendidikan mereka sendiri secara sistematik dan hati-hati dengan menggunakan teknik-teknik penelitian untuk melakukan perbaikan terhadap system, cara kerja, proses, isi atau situasi pembelajaran yang lebih efektif sehingga profesionalitas guru berkembang.
    Penelitian tindakan yang dilakukan dengan bermaksud memberitahu dan mengubah praktik-praktik pembelajaran di masa mendatang. Penelitian tindakan berpengaruh pada lingkungan guru bekerja yaitu siswa-siswa dan sekolah di mana guru bekerja. Ketika orang menyebut seorang guru professional, berarti guru tersebut sudah mampu merubah minimal lingkungan kerjanya menjadi lebih efektif dan efisien dari pada keadaan sebelumnya
    Menurut Suhardjono (2014:3) Penelitian Tindakan Kelas (umum disingkat dengan PTK)  adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas, dilakukan pada situasi alami. Dalam PTK guru memberikan tindakan kepada siswa. Oleh karena tujuan PTK adalah memperbaiki mutu pembelajaran, maka kegiatan yang dilakukan haruslah berupa tindakan yang diyakini lebih baik dari kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan. Untuk mengetahui keberhasilan tindakan tersebut maka harus dilakukan secara berulang-ulang, agar diperoleh keyakinan akan keampuhan dari tindakan. Lebih lanjut Suhardjono (2014:8) mengatakan penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerja sama dengan peneliti (atau dilakukan oleh guru sendiri yang bertindak sebagai peneliti) di kelas atau di sekolah tempat mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran. Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa dalam penelitian tindakan kelas ini guru sebagai peneliti bekerja sama atau berkolaborasi dengan teman sejawat.
    Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tidak lagi diragukan manfaatnya bagi guru sebagai salah satu upaya meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas (Slameto:2011). Dengan melaksanakan tahapan-tahapan pengembangan PTK, guru dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, dengan menerapkan berbagai teori dan teknik pembelajaran yang relevan dan kreatif. PTK merupakan penelitian terapan, guru dapat melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tanpa harus meninggalkan siswanya di kelas. PTK juga dapat mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi guru di lapangan.
    Lebih lanjut menurut Slameto (2011) sasaran penelitian tindakan kelas adalah hal-hal yang berkenaan dengan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, baik yang langsung maupun tidak langsung. Tujuan kegiatan pembelajaran di kelas, guru sebagai peneliti berupaya agar siswa memahami dan menguasai bahan yang telah diajarkan. Hasil belajar dapat secara langsung dilihat dari segi prestasi belajar siswa. Agar diperoleh hasil yang baik, guru sebagai peneliti tadi melakukan intervensi terhadap faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap hasil belajar. Intervensi inilah diwujudkan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Permasalahan penelitian tindakan kelas harus menggambarkan kondisi yang diharapkan seperti apa dan kondisi yang terjadi saat ini, kesenjangan itulah yang harus diperbaiki atau ditingkatkan.
    Solusi mengatasi permasalahan pembelajaran yang ditawarkan dalam penelitian tindakan kelas dapat menggunakan pembelajaran inovatif yang sifatnya baru, tidak seperti yang biasanya dilakukan, belum pernah dilakukan, atau program pembelajaran yang sejenis sedang dijalankan akan tetapi perlu perbaikan. Pelaksanaan tindakan bertujuan untuk menfasilitasi siswa dalam  membangun pengetahuan sendiri dalam rangka proses perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa melalui eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi (Dibyo, 2011:21).  Sejalan dengan hal tersebut Subyantoro (2009:7) menyatakan program pembalajaran dalam PTK dibuat sebagai upaya mencari pemecahan suatu masalah.
    Menurut Kemmis dan Taggart dalam Subyantoro (2009:14) Penelitian Tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut.
    Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Marhaeni (2009:4) merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara profesional.  Sejalan dengan pendapat tersebut, Supardi (2011:8) mengatakan PTK  adalah penelitian tindakan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya, sehingga  berfokus  pada proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas. Penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipatif, kolaboratif dan spiral, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan system, metode kerja, proses, isi, kompetensi, dan situasi.
    Pelaksanaan penelitian tindakan kelas mensyaratkan adanya tindakan nyata guru yang diyakini lebih baik dari kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan. Menurut Marhaeni (2009:8) PTK disarankan dalam mengatasi masalah pembelajaran sebab merupakan laporan kegiatan nyata guru di kelas dan sesuai dengan tujuan pengembangan profesi guru.
    Sedangkan Arikunto (2006:3) menyampaikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Jadi dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa yang melakukan tindakan adalah guru dan yang dikenai tindakan adalah peserta didik.
    Berdasar pendapat para pakar pendidikan, dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar peserta didik menjadi meningkat.

    B.        Karakteristik PTK
    PTK memiliki karakteristik tersendiri sebagai pembeda dengan penelitian-penelitian lainya. Menurut Aqib (2009:16) memaparkan bahwa PTK memiliki karakteristik dasar yaitu:
    1)    Dalam pelaksanaan tindakan berdasarkan pada masalah yang dihadapi guru;
    2)    Adanya perpaduan dalam pelaksanaanya;
    3)    Peneliti sebagai media yang melakukan refleksi;
    4)    Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional;
    5)    Dalam pelaksanaannya terbagi beberapa siklus atau periode.
    Karakteristik penelitian tindakan kelas hanya dilakukan oleh guru yang memahami bahwa proses pembelajaran perlu diperbaiki dan ia terpanggil jiwanya untuk memberikan tindakan-tindakan tertentu untuk membenahi masalah dalam proses pembelajaran dengan cara melakukan kolaborasi. Menurut Supardi (2011:19) guru dengan kompetensi tinggi merupakan seorang yang memiliki kemampuan dan keahlian serta keterampilan dalam bidangnya. Sehingga Ia dapat melakukan fungsi dan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik dengan maksimal.
    Refleksi diri, refleksi merupakan salah satu ciri khas PTK yang paling esensial. Dan ini sekaligus sebagai pembeda PTK dengan penelitian lainnya yang menggunakan responden dalam mengumpulkan data, sementara dalam PTK pengumpulan data dilakukan dengan refleksi diri. (Arikunto,2006:76). Kharakteristik lain penelitian tindakan kelas dilaksanakan di dalam “kelas” sehingga interaksi antara siswa dengan guru dapat terfokuskan secara maksimal. “Kelas” yang dimaksud di sini bukan hanya ruang yang berupa gedung, melainkan “tempat” berlangsungnya proses pembelajaran antara guru dan siswa (Supardi,2011:16). lebih lanjut menurut Supardi (2011) PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran secara terus menerus. PTK dilaksakan secara berkesinambungan di mana setiap siklus mencerminkan peningkatan atau perbaikan. Siklus sebelumnya merupakan patokan untuk siklus selanjutnya. Sehingga diperoleh model pembelajaran yang paling baik.
    PTK merupakan salah satu indikator dalam peningkatan profesionalisme guru, karena PTK memberi motivasi kepada guru untuk berfikir Kritis dan sistematis, membiasakan guru untuk menulis, dan membuat catatan yang dapat. Di mana semua itu dapat menunjang kemampuan guru dalam pembelajaran. PTK bersifat fleksibel sehingga mudah diadaptasikan dengan keadaan kelas. Dengan demikian proses pembelajaran tidak monoton oleh satu model saja. PTK menggunakaan metode kontekstual. Artinya variable-variable yang akan dipahami selalu berkaitan dengan kondisi kelas itu sendiri. Sehingga data yang diperoleh hanya berlaku untuk kelas itu saja dan tidak dapat digeneralisasikan dengan kelas lain (Arikunto,2006:101).
    Pelaksanaan PTK terbingkai dalam beberapa pembagian waktu atau siklus. PTK tidak diatur secara khusus untuk memenuhi kepentingan penelitian semata. melainkan harus disesuaikan dengan program pembelajaran yang sedang berjalan di kelas tersebut. (Sanjaya,2010:34)
    Menurut Richard Winter dalam Aqib (2009:24) ada enam karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu :
    1)    Kritik Refleksi
    Salah satu langkah penelitian kualitatif pada umumya, dan khususnya penelitian tindakan kelas ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam(PTK) yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu upaya evaluasi atau penelitian, dan refleksi ini perlu adanya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan-perubahan. Refleksi dalam pengertian dimaksudkan melakukan introspeksi diri, seperti guru mengingat kembali apa saja tindakan yang telah dilakukan di dalam kelas, apa dampak dari tindakan tersebut, mengapa dampaknya menjadi demikian dan sebagainya.
    2)    Kritik Dialektis
    Dengan adanya kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia melakukan kritik terhadap fenomena yang diteliti. Selanjutnya peneliti akan bersedia melakukan pemeriksaan terhadap: (a) kontek hubungan secara menyeluruh yang merupakan suatu unit walaupun dapat dipisahkan secarta jelas, (b) struktur kontradiksi internal, maksudnya dibalik unut yang kelas yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.


    3)        Kritik Kolaboratif
    Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) diperlukan suatu kerjasama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya.
    4)        Kritik Resiko
    Dengan ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada diantaranya: adanya tuntutan untuk melakukan suatu transformasi, dan Melesetnya hipotesis.
    5)        Kritik Susunan Jamak
    Secara umum penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal karena ditentukan oleh suara tunggal, penelitiannya. Akan tetapi, PTK memiliki struktur jamak karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasitif dan kolaboratif.
    6)         Kritik Internalisasi Teori dan Praktek
    Dalam penelitian tindakan kelas (PTK), keberadaan antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung dan keduanya berfungsi untuk mendukung transformasi.
    Menurut Marhaeni (2009:20) ciri khusus PTK adalah adanya tindakan (action) yang nyata. Tindakan itu dilakukan melalui kegiatan PBM yang dilakukan guru Untuk memecahkan permasalahan-permasalahan praktis.
    Karakteristik  PTK menurut Mulyadi (2010:32) meliputi masalah yang diteliti adalah riil problem yang sehari-hari dihadapi dalam pembelajaran di kelas, adanya tindakan nyata (real action) untuk memperbaiki PBM di kelas, dilaksanakan bersamaan dengan melaksanakan tugas PBM sehingga tidak perlu meninggalkan siswa, dan bisa dilaksanakan sendiri atau kolaborasi dengan rekan lain.

    C.        Mengapa Harus PTK?
    Ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesionalitas seorang guru
    1)    PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelas. Guru menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang harus dilakukan selama kegatan pembelajaran.
    2)    PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai praktisi, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneliti di bidangnya.
    3)    Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi di kelas.
    4)     Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang di kelas.
    5)    Pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
    6)    Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakai.
    Menurut Marhaeni (2009:25) pemilihan penelitian tindakan kelas dimaksudkan agar guru dapat mengajar sambil meneliti permasalahan yang terjadi di kelas sebagai upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Hal tersebut berlaku juga untuk kepala sekolah agar mampu melaksanakan tupoksi juga harus mampu membimbing guru dalam melaksanakan PTK dan pengawas sebagai supervisor harus mampu menjawab pertanyaan guru dan kepala sekolah dalam kegiatan penelitian berbasis tindakan kelas.
    Alasan PTK paling  tepat dikuasai guru untuk perbaikan mutu pembelajaran di kelas menurut Arikunto (2006:48) karena masalah diangkat langsung dari masalah yang dihayati guru dalam keseharian di kelas, masalah yang diteliti merupakan masalah yang paling merisaukan selama guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dalam melaksanakan PTK Guru tidak perlu meninggalkan kelas karena dilakukan dimana guru mengajar, merupakan metode yang diterapkan sebagai upaya memperbaiki kegiatan PBM, tidak mengganggu kegiatan kurikulum, dapat dirasakan secara langsung oleh siswa dan guru baik terhadap sikap, tingkah laku, maupun prestasi belajar yang dicapai, dan membanggakan guru karena mendapatkan metode baru yang lebih efektif dan inovatif.
    Menurut Dibyo (2011:35) PTK penting dikuasai guru karena mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam PBM. Pendidik dapat melihat sendiri atau bersama orang lain terhadap praktik pembelajaran yang dilakukan di kelas. Pendidik dapat menjembatani kesenjangan antara teori dengan praktik pendidikan. Pendidik dapat menghayati dan menilai sendiri apakah pembelajaran yang dilakukan memiliki efektifitas tinggi atau tidak
    Penelitian tindakan kelas efektif untuk guru karena tindakan dilaksanakan pada saat guru melaksanakan pembelajaran di kelas. Menurut Mulyadi (2010:31) jenis tindakan adalah pemecahan masalah nyata yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Tindakan yang tepat akan berdampak terhadap perbaikan hasil pembelajaran. Disamping itu, proses dan hasil tindakan dapat menjadi karya tulis ilmiah guru untuk pengembangan profesi.

    D.        Tujuan dan Manfaat PTK
    Penerapan penelitian tindakan kelas dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas praktik pembelajaran serta berkesinambungan sehingga meningkatkan mutu hasil pembelajaran, mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan relevansi, meningkatkan efesiensi pengelolaan instruksional serta, dan menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru (Wardhani, 2011:19).
    Tujuan dilaksanakan PTK menurut Marhaeni (2009:46) untuk peningkatan dan/atau perbaikan praktik-pratik pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh pendidik dan pengembangan ketrampilan pendidik dalam proses belajar mengajar. PTK dapat memecahkan permasalahan nyata di kelas sekaligus mencari jawaban mengapa hal itu dapat dipecahkan melalui tindakan yang dilakukan. Melalui PTK dapat meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya dan memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas.
    Lebih lanjut Marhaeni (2009) menerangkan manfaat PTK sebagai inovasi pembelajaran, pengembangan Kurikulum di tingkat sekolah, peningkatan profesionalisme pendidik, dan peningkatan hasil belajar dan mutu pendidikan.
    Tujuan penelitian tindakan kelas adalah meningkatkan dan atau memperbaiki praktik pembelajaran.  Oleh karena itu, fokus PTK terdapat adanya tindakan yang direncanakan, kemudian dicobakan dan  dievaluasi. Hal yang ingin diketahui melalui  PTK apakah tindakan  yang dilakukan dapat memecahkan masalah  yang sedang dihadapi oleh guru. PTK  dalam kegiatan pengembangan profesi guru tidak  bertujuan untuk mendapatkan ilmu baru. Namun, untuk meningkatkan keterampilan guru dalam mengatasi persoalan pembelajaran yang dihadapi guru di kelasnya (Suhardjono, 2014:56).
    Ouput PTK diharapkan bermanfaat pada (1) peningkatan atau perbaikan kinerja siswa di sekolah, (2) peningkatan atau perbaikan mutu proses pembelajaran di kelas, peningkatan atau perbaikan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar, (3)  peningkatan atau perbaikan prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa, (4) perbaikan masalah-masalah pendidikan di sekolah, dan (4) peningkatan dan perbaikan kualitas dalam penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah.

    E.    SASARAN PTK
    Sasaran penelitian tindakan kelas ditujukan kepada siswa meliputi perilaku disiplin, motivasi, semangat belajar, keterampilan berfikir kritis, dan kemampuan memecahkan masalah. Sasaran yang ditujukan kepada guru berupa penggunaan metode, strategi, pendekatan, dan media alat peraga. Sasaran pada materi berupa urutan penyajian materi, pengorganisasian materi, dan integrasi materi. Sasara pada peralatan dan sarana pendidikan berupa pemanfaatan laboratorium, penggunaan media pembelajaran, penggunaan sumber belajar. Sasaran lingkungan terdapat di kelas, sekolah, dan rumah. Sasaran pada pengelolaan berupa pengelompokan siswa, pengaturan jadwal pelajaran, dan pengaturan tempat duduk. Hasil pembelajaran berupa ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

    F.    Prinsip-Prinsip PTK
    Prinsip adalah suatu pegangan dan salah satu fungsi pegangan adalah untuk pedoman (Arikunto, 2006:6). Agar pelaksanaan PTK  dapat berjalan dengan baik tanpa menganggu tugas utama dari seorang guru, dibutuhkan prinsip yaitu apa yang harus ada tanpa menganggu apa yang menjadi tugas utama dari guru. Bahkan prinsip ini diharapkan agar PTK dapat dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan tanpa mengganggu komitmen guru sebagai pengajar. Artinya dalam pelaksanaannya PTK tetap mempunyai pedoman-pedoman dasar yang tidak boleh untuk dilanggar oleh guru. Hal ini agar pelaksanaan PTK tetap dapat terlaksana dengan baik tetapi tetap sesuai dengan apa yang telah direncanakan tanpa menganggu apa yang menjadi tujuan dari guru secara formal.
    Secara umum menurut Suhardjono (2009:22) prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah:
    1)    tidak mengganggu komitmen guru sebagai pengajar;
    2)    metode pengumpulan data tidak menuntut waktu yang berlebihan;
    3)    metodologi yang digunakan harus reliable sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan;
    4)    masalah berawal dari kondisi nyata di kelas yang dihadapi guru;
    5)    dalam penyelenggaraan penelitian, guru harus memperhatikan etika profesionalitas guru;
    6)    meskipun yang dilakukan adalah di kelas, tetapi harus dilihat dalam konteks sekolah secara menyeluruh;
    7)    tidak mengenal populasi dan sampel;
    8)    tidak mengenal kelompok eksperimen dan control;
    9)    tidak untuk digeneralisasikan.
    Prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2006:6) yaitu :
    1)    Kegiatan nyata dalam situasi rutin. Penelitian yang dilakukan peneliti tidak boleh mengubah suasana rutin, penelitian harus dalam situasi yang wajar, sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini berkaitan erat dengan profesi guru yaitu melaksanakan pembelajaran, sehingga tindakan yang cocok dilakukan oleh guru adalah yang menyangkut pembelajaran.
    2)    Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kerja. Kegiatan penelitian tindakan kelas dilakukan bukan karena keterpaksaan, akan tetapi harus berdasarkan keinginan guru. Guru menyadari adanya kekurangan pada dirinya atau pada kinerja yang dilakukannya dan guru ingin melakukan perbaikan. Guru harus berkeinginan untuk melakukan peningkatan diri untuk hal yanglebih baik dan dilakukan secara terus menerus sampai tujuannya tercapai.
    3)    SWOT sebagai dasar berpijak. Penelitian tindakan dimulai dengan melakukan analisis SWOT, yang terdiri atas unsur-unsur strength (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunity (kesempatan), threat (ancaman). Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal-hal tersebut penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya bila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga siswa. Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri peneliti dan subjek tindakan diidentifikasi secara cermat sebelum mengidentifikasi yang lain.
    4)    Upaya empiris dan sistemik. Dengan melakukan analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, berarti guru sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait mengkait. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung yang berbeda, mengubah jadwal pelajaran dan semua yang terkait dengan hal-hal yang baru diusulkan.
    5)    Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan. Ketika guru menyusun rencana tindakan, hendaknya mengingat hal -hal yang terkandung dalam SMART, yaitu: spesifik (khusus, permasalahan tidak terlalu umum), managable (dapat dikelola, dilaksanakan. penelitian tindakan kelas hendaknya tidak sulit, baik dalam menentukan lokasi, mengumpulkan hasil, mengoreksi, atau kesulitan dalam bentuk lain), acceptable (dapat diterima, dalam konteks ini dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-gara guru memberikan tindakan-tindakan tertentu dan juga lingkungan tidak terganggu), realistic (operasional, tidak di luar jangkauan. penelitian tindakan kelas tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi diri guru dan siswa), time-bound (diikat oleh waktu, terencana, artinya tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap siswa sudah tertentu jangka waktunya. Batasan waktu ini penting agar guru mengetahui betuk hasil yang diberikan kepada siswanya).
    Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat hal-hal yang disebuntukan dalam SMART. Tindakan yang dipilih peneliti harus :
    1)    khusus specific, masalah yang diteliti tidak terlalu luas, ambil satu aspek saja sehingga langkah dan hasilnya dapat jelas dan spesifik.
    2)    mudah dilakukan, tidak sulit atau berbelit, misalnya kesulitan dalam mencari lokasi mengumpulkan hasil, mengoreksi dan lainnya.
    3)    dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-gara guru memberikan tindakan dan juga lingkungan tidak terganggu karenanya.
    4)    tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi dirinya dan subjek yang dikenai tindakan.
    Menurut Hopkins (dalam Slameto:2011) ada enam prinsip dalam penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu:
    1)    PTK tidak mengganggu kegiatan guru mengajar di kelas. Pekerjaan utama seorang guru adalah mengajar, sehingga dalam melakukan penelitian tindakan kelas seyogyanya tidak berpengaruh pada komitmennya sebagai pengajar. Ada tiga kunci utama yang harus diperhatikan, pertama guru harus menggunakan berbagai pertimbangan serta tanggung jawab profesionalnya dalam menemukan jalan keluar jika pada awal penelitian didapatkan hasil yang kurang maksimal. Kedua interaksi siklus yang terjadi harus mempertimbangkan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan. Ketiga, acuan pelaksanaan tiap siklus harus berdasarkan pada tahap perancangan bukan pada kejenuhan informasi.
    2)    metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran. Dengan kata lain, sejauh mungkin harus menggunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru sementara ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh.
    3)    metode yang digunakan harus bersifat andal (reliabel), sehingga guru dapat mengidentifikasikan serta merumuskan hipotesis dengan penuh keyakinan. Pada dasarnya, penelitian ini memperbolehkan “kelonggaran-kelonggaran” namun penerapan asas-asas dasar telaah taat kaidah tetap harus diperhatikan.
    4)    peneliti adalah guru dan untuk kepentingan guru yang bersangkutan. Jadi masalah penelitian diusahakan berupa masalah yang merisaukan dan bertitik tolak dari tanggung jawab profesionalnya, hal ini bertujuan agar guru tersebut memiliki komitmen terhadap pengembangan profesinya.
    5)    konsisten dengan prosedur dan etika. Dalam penyelenggaraan penelitian tindakan kelas, guru harus bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Prakarsa penelitian harus diketahui oleh pimpinan lembaga, disosialisasikan kepada rekan-rekan serta dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah.
    6)    menggunakan wawasan yang lebih luas daripada perspektif kelas. Meskipun kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan penelitian sejauh mungkin harus menggunakan wawasan yang lebih luas dari tindakan perspektif, tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas atau pelajaran tertentu, melainkan perspektif misi sekolah secara keseluruhan.

    G.       Model-model Penelitian Tindakan Kelas
    Penelitian Tindakan Kelas mempunyai banyak model sehingga peneliti dapat memilih salah satu model yang sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam pemilihan model, tidak ada pertimbangan baku dan peneliti disarankan memilih salah satu model yang sesuai kemampuan peneliti.
    Model Penelitian Tindakan Kelas berfungsi sebagai saran untuk mempermudah komunikasi atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil suatu keputusan, atau sebagai petunjuk  menyusun perencanaan untuk kegiatan pengelolaan dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Model Penelitian Tindakan Kelas yang baik adalah model yang dapat membantu  pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses penelitian secara mendasar maupun menyeluruh. Banyak model yang dapat kita terapkan sebagai pedoman dalam merancang dan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Kita dapat memilih salah satu model yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada.
    Ada beberapa macam model PTK yang dikembangkan oleh beberapa ahli yang memiliki pola dasar yang sama, yaitu serangkaian kegiatan penelitian berupa rangkaian siklus dimana pada setiap akhir siklus akan membentuk siklus baru hasil revisi/perbaikan.  Diantaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt.
    1)    Model Kurt Lewin
                    Kurt Lewin menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses yang terjadi dalam suatu lingkaran yang terus menerus, yang meliputi hal berikut:
    a)    perencanaan (planning) adalah proses menentukan program perbaikan yang berangkat dari suatu ide gagasan peneliti.
    b)   aksi atau tindakan (implementing) adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti.
    c)    observasi (observing) adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui efektifitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai kekurangan tindakan yang telah dilakukan.
    d)   refleksi (reflecting) adalah kegiatan menganalisis tentang hasil observasi sehingga memunculkan program atau perencanaan baru.
    Sementara itu menurut Slameto (2011) empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin dielaborasi lagi oleh Ernest T. Stringer menjadi : perencanaan (planning), pelaksanaan (implementing), dan penelitian (evaluating).

     








                                               Gambar 1. Model Kurt Lewin
                                                
    2)       Model Kemmis dan Mc Taggart
                    Model Kemmis dan Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Dikatakan demikian, karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen, keempat komponen tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Setelah suatu siklus selesai diimplementasikan dan direfleksikan, kemudian diikuti dengan perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Akan tetapi pada umumnya para peneliti mulai dari fase refleksi awal untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan masalah penelitian. Selanjutnya diikuti perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang dapat diuraikan sebagai berikut.
    a)    perencanaan atau sebagai refleksi awal merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan dengan tema penelitian.
    b)   penyusunan perencanaan merupakan hasil dari refleksi awal. Perencanaan ini bersifat fleksibel, dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada.
    c)    pelaksanaan tindakan merupakan upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan.
    d)   observasi merupakan mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.
    e)   refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan dengan mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan sehingga dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam berdasarkan teori atau hasil penelitian yang telah ada dan relevan.
                    Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi serta perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjuntukan dalam kesempatan lain (Bafadal, 2012:89).
                      


                       
                                  Gambar 2. Model Kemmis & Mc Taggart

    Desain ini merupakan pengembangan konsep dasar dari K. Lewin, hanya saja komponen tindakan (acting) dan pengamatan (observing) sebagai satu kesatuan. Karena kenyataannya antara implementasi “acting” dan “observing” merupakan dua kegiatan yang tak terpisahkan, yaitu dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya suatu “acting” maka “observing” harus dilaksanakan. Jadi merupakan satu perangkat atau untaian yang setiap perangkat berisi empat komponen sebagai siklus atau putaran kegiatan yang terdiri dari: perencanaan, tindakan dan pengamatan, dan refleksi. Jumlah siklusnya bergantung permasalahan yang perlu dipecahkan.

    3)      Model Jhon Elliot
                    Model penelitian tindakan kelas ini lebih menekankan pada proses untuk mencoba hal-hal baru dalam proses pembelajaran. Menurut Elliot, langkah pertama yang harus  dilakukan adalah menentukan dan mengembangkan gagasan umum yang dilanjuntukan dengan melakukan eksplorasi yakni untuk mempertajam gagasan atau ide.
                    Menurut Elliot dalam Burhan (2013) mengenai model PTK bahwa apapun masalah yang akan diangkat dalam penelitian hendaknya tetap berada dalam lingkup permasalahan yang dihadapi oleh guru didalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari di kelas dan merupakan sesuatu yang ingin diperbaiki atau diubah. Penafsiran Elliot terhadap model PTK bahwa kegiatan awal dalam bentuk identifikasi masalah adalah pernyataan yang menghubungkan gagasan dengan ide dengan tindakan. Sedangkan pada bagian tindakan adalah pemahaman tentang situasi kelas yang ingin diubah atau diperbaiki. Hal demikian jika dibandingkan dengan bagan model PTK lainnya maka terdapat beberapa perbedaan mendasar, akan tetapi tetap membentuk sebuah kegiatan berulang (siklus).

    4)      Model Dave Ebbutt
                    Model penelitian tindakan ini dikembangkan oleh Ebbut pada sekitar tahun 1985. Model ini di ilhami oleh pemikiran Kemmis dan Elliot. Dalam pengembangannya, Ebbut kurang begitu sependapat dengan interpretasi Elliot tentang karya Kemmis, Karena Kemmis menyamakan penelitiannya dengan hanya temuan fakta. Sedangkan kenyataannya, kemmis dengan jelas menunjukkan bahwa penelitian terdiri atas diskusi, negisiasi, menyelidiki, dan menelaah kendala-kendala yang ada.
                    Ebbut beranggapan bahwa suatu penelitian tindakan harus dimulai dari adanya gagasan awal yang didorong oleh keinginan peneliti untuk melakukan suatu perbaikan proses yang akan menghasilkan sesuatu yang lebih optimal.
                    Berdasarkan gagasan awal, peneliti berupaya menemukakan tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk menyelesaikannya kemudian menyusun rancangan umum yang akan diimplementasikan. Selama proses implementasi, dilakukan monitoring untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan dari sebuah tindakan peneliti. Dari hasil monitoring selanjutnya disusun penjelasan tentang berbagai kegagalan yang terjadi. Penjelasan tersebut akan menjadi masukan dalam revisi rencana umum yang selanjutnya melahirkan rencana implementasi pada putaran kedua. Begitulah terus menerus sampai pada putaran tertentu.
    5)      Model Hopkins
    Pada model ini, penelitian dilakukan dengan membentuk spiral yang dimulai dari merasakan adanya masalah,  menyusun perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan observasi dan melakukan refleksi serta melakukan rencana ulang dan seterusnya. Yang dikembangkan oleh Hopkins dari model spiral.

                                                                    Gambar 3. Model Hopkins

    H.   Pola Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
                          Pola adalah cara  atau teknik pelaksanaan PTK yang dapat dijadikan rujukan dalam  penyelenggaraan PTK sesuai dengan model yang dipilih dengan mempertimbangkan kondisi peneliti dan sumber daya yang tersedia. Terdapat berbagai pola dalam pelaksanaan PTK diantaranya PTK guru peneliti, PTK pola kolaboratif dan PTK pola simultan terintegrasi.
    1)      pola guru peneliti. Pada pola ini, guru memiliki peran utama dalam perencanaan dan pelasanaan PTK. Tujuan pada pola ini adalah untuk memecahkan masalah praktis yang dihadapi oleh guru itu sendiri dalam proses pembelajaran.
    2)      pola kolaboratif. Pola ini dilakukan oleh pihak luar yang berkeinginan untuk memecahkan masalah pembelajaran. PTK dirancang dan dilaksanakan oleh suatu tim yang biasanya terdiri atas guru, kepala sekolah, dosen LPTK dan orang lain yang terlibat dalam tim peneliti. Guru berperan hanya sebagai anggota tim yang berfungsi untu melaksanakan tindakan seperti yang dirancang oleh tim peneliti.
    3)      pola penelitian terintegrasi. Pada pola ini, inisiatif dan masalah yang akan diteliti sepenuhnya berasal dari peneliti luar, tidak dari guru.

    I.          Permasalahan PTK

                    Masalah dalam penelitian mengandung tiga pengertian, yaitu (1) pertanyaan yang memerlukan jawaban, (2) kesulitan yang perlu dipecahkan, (3) kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Pada pengertian masalah sebagai pertanyaan yang perlu jawaban misalnya mengapa banyak siswa yang tidak mengerjakan PR yang diberikan guru?, mengapa ada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, namun banyak pula yang rendah?, dan mengapa hanya sedikit siswa yang belajar dengan rutin, kreatif dan penuh semangat?
    Pengertian masalah merupakan Kesulitan yang perlu pemecahan misalnya bagaimana mengajarkan Matematika secara efektif dan menyenangkan pada siswa SD kelas satu?, bagaimana guru bahasa Inggris dapat mengurangi kesalahan siswa dalam mata pelajaran writing?, bagaimana guru Bimbingan dan Konseling dapat mengarahkan siswa dari keluarga yang tidak harmonis agar tetap memiliki motivasi belajar yang tinggi?, dan bagaimana menurunkan jumlah siswa yang tidak lulus ujian nasional pada mapel X di sekolah swasta yang inputnya memang tidak mendukung?
    Pengertian masalah merupakan kesenjangan antara harapan dengan kenyataan misalnya pada dijumpai masalah idealnya seorang anak rajin belajar, namun kenyataannya banyak yang malas, harapannya setiap siswa belajar dengan persiapan dan penuh antusias, namun nyatanya banyak yang asal datang dan menghabiskan jam pelajaran saja, dan idealnya semua siswa memanfaatkan layanan BK untuk pengembangan diri mereka, namun kenyataannya hanya siswa yang diindikasikan bermasalah saja.
    Tuliskan masalah mengenai kesenjangan antara kenyataan dan harapan. Kesenjangan yang dimaksud adalah kesenjangan antara kondisi awal dan kondisi akhir masalah pokok dari subyek penelitian dan kesenjangan antara kondisi awal dan kondisi akhir masalah lain  dari peneliti. Menulis masalah yang dihadapi karena adanya kesenjangan antara harapan (kondisi akhir) dengan kenyataan (kondisi awal). Masalah hendaknya benar-benar di angkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK.
    Masalah penelitian yang  ideal untuk para guru bersumber dari pengalaman guru itu sendiri yakni melaksanakan pembelajaran. Fakta, fenomena, proses, kejadian sehari-hari yang tekait dengan pelaksanaan tugas pembelajaran menjadi penting diangkat menjadi masalah penelitian tindakan kelas. Supaya mempunyai pemahaman yang cukup sebaiknya guru memperkaya melalui membaca berbagai penelitian, membaca jurnal, berdiskusi dengan temannya, membimbing mahasiswa, mengadakan pengabdian pada masyarakat, atau kegiatan lain.
    Pada saat melakukan identifikasi masalah, guru sudah harus mengkaji berbagai literatur yang relevan. Identifikasi Masalah pada umumnya berupa pertanyaan, banyaknya pertanyaan selalu lebih dari satu sehingga banyaknya pertanyaan lebih banyak dari banyaknya rumusan masalah. Penggunaan kalimat tanya dimulai dari yang komplek (holistik) sampai yang spesifik (atomistik). Kalimat tanya tersebut tidak harus dijawab, karena hanya sebagai identifikasi masalah. Kalimat tanya tersebut harus mengacu/mengandung variabel pada masalah pokok (Y). Berdasarkan kelengkapan data, kesenjangan antara kenyataan (kondisi awal) dan harapan (kondisi akhir) menjadi lebih tajam. Oleh karena itu, masalah penelitian benar-benar diangkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK.
    Contoh:
    Saat guru mengajar di kelas ditemukan fakta bahwa banyak para siswa tidak mengerjakan PR yang diberikan sebelumnya. Siswa banyak tidak mengerjakan PR ada beberapa kemungkinan, antara lain: Malas, Tidak bisa, PR hari itu terlalu banyak, Materi terlalu banyak atau sulit, atau siswa banyak kegiatan lain sehingga tidak sempat mengerjakan.
    Dari kasus ini hal yang bisa diangkat sebagai masalah penelitian tindakan kelas antara lain: bagaimana meningkatkan motivasi siswa dalam mengerjakan PR yang diberikan guru?, bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang materi pelajaran?, bagaimana memberi PR yang efektif tanpa memberatkan siswa?
    Masalah yang ditemukan dalam penelitian tindakan kelas misalnya:
    1)    masalah belajar siswa di sekolah (permasalahan pembelajaran di kelas, kesalahan pembelajaran, miskonsepsi, mistrategi).
    2)    pengembangan profesionalisme guru dalam rangka peningkatan mutu perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi program dan hasil belajar.
    3)    pengelolaan dan pengendalian (tehnik modifikasi perilaku, teknik memotivasi, teknik pengembangan potensi diri).
    4)    desain dan strategi pembelajaran di kelas (implementasi inovasi penggunaan metode pembelajaran yang baru.
    5)    penanaman dan pengembangan sikap serta nilai-nilai pola pikir ilmiah siswa.
    6)    alat bantu, media, sumber belajar, penggunaan media perpustakaan, sumber belajar di luar kelas.
    7)    evaluasi proses dan hasil belajar (evaluasi awal pembelajran, pengembangan instrumen penilaian berbasis kompetensi, penggunaan alat, metode evaluasi tertentu.
    8)    masalah implementasi kurikulum (unteraksi guru dan siswa, antar siswa, siswa dengan lingkungan.
    9)    penerapan teori dan ragam teknik pembelajaran.
    Dalam PTK Perlu adanya pembatasan masalah dan perlunya solusi. Kemukakan cara yang diajukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Alternatif pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Di samping itu, juga harus terbayangkan kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/atau peningkatan implementasi program pembelajaran dan/atau berbagai program sekolah lainnya (Slameto,2011:43).
    Tindakan yang dipentingkan dalam PTK adalah proses, sedangkan hasil tindakan merupakan konsekuensi logis dari  tindakan. Dalam pelaksanaan penelitian, PTK memerlukan pengulangan tindakan. Pengulangan langkah dari setiap awal sampai akhir seperti itu disebut siklus.  Dalam pelaksanaan  PTK  untuk keperluan pengembangan profesi guru, PTK tersebut sedikitnya dilaksanakan dua siklus. Dan pada setiap siklus minimum terdiri dari 3 (tiga) kali kegiatan pembelajaran tatap muka.
    Perhatikan gambar berikut.












     Apakah untuk untuk bahan ajar (atau materi ajar, atau pokok bahasan) yang sama, akan terjadi respon (belajar)  siswa yang sama bila dilakukan dengan metode mengajar yang berbeda? Jawabannya tentu TIDAK. Sehingga bila respon siswa bermasalah, maka dapat diperbaiki  melalui pelaksanaan pembelajaran (dalam hal ini misalnya menggunakan metode mengajar/mengelola kelas) yang lebih baik.
    Pelaksanaan tindakan hendaknya konsisten dengan rancangan yag telah dibuat. Penting diingat pelaksanaan PTK dari siklus ke siklus metode/model/strategi/teknik (tindakan ) pembelajaran yang diterapkan harus sama. Yang harus diulang dari siklus ke siklus adalah metode pembelajaran yang diterapkan/tindakan jadi yang diulang-ulang adalah metodenya, strateginya. Salah dan tidak boleh kalau pada siklus satu dan kedua metode/starateginya/model/tindakan yang berubah-ubah. Sehingga yang berubah materi atau bahan ajar yang disampaikan.
    Bolehkah tanpa KOLABORASI?
    Sering terjadi PTK dilaksanakan sendiri oleh guru. Dalam hal ini  guru berperan sebagai  peneliti yang sekaligus juga sebagai praktisi pembelajaran. Untuk itu guru harus mampu melakukan pengamatan diri secara objektif (Suhardjono:2014).

    J.     Yang Perlu Diperhatikan dalam pelaksanaan PTK
    Dalam melaksanakan  PTK hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini:
    1)      PTK tidak boleh mengganggu proses pembelajaran  
    2)      PTK tidak boleh  terlalu  banyak menghabiskan waktu, karena itu PTK sudah harus dirancang dan dipersiapkan dengan rinci dan matang
    3)      Pelaksanaan  tindakan   konsisten dengan rancangan yang telah dibuat
    4)      Masalah yang dikaji  merupakan masalah yang ada / dihadapi oleh guru
    5)      Pelaksanaan PTK selalu mengikuti etika kerja yang berlaku (memperoleh ijin dari kepala sekolah, membuat laporan, dll)
    6)      PTK hendaknya dimulai dari permasalahan  yang sederhana, nyata, jelas dan tajam.
    Umumnya pelaksanaan  PTK guru yang dilakukan untuk kegiatan pengembangan profesi, (bukan untuk tujuan pembuatan tesis atau disertasi) dilakukan selama 6 (bulan) terbagi dalam tiga tahapan kegiatan. Tahap pertama kegiatan persiapan, yang  berupa pembuatan usulan penelitian, meminta perijinan, serta penyiapan bahan dan alat.  Kegiatan persiapan ini berlangsung sekitar 2 – 3 bulan. Selama kegiatan persiapan, guru  tetap  mengajar dengan metode yang biasa dilakukannya.
    Tahap kedua setelah persiapan selesai, dilakukanlah kegiatan menerapkan pembelajaran dengan metode baru. Tahap kegiatan inilah yang sering disebut sebagai pelaksanaan PTK. Penerapan metode mengajar yang baru, minimun dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Dan setiap silkus dilakukan 3- 4 kali pertemuan tatap muka di kelas.  Dengan demikian penerapan metode mengajar yang baru tersebut, dilakukan selama 1 – 2 bulan. Kelas berjalan seperti biasa, siswanyaya tidak berubah, apa yang diajarkan juga harus tetap sesuai dengan RPP yang telah dirancangkan. Perbedaan utamanya adalah, pada tahapan ini adalah diterapkannya pembelajaran yang baru. Sambil menerapkan pembelajaran yang baru guru dibantu observer, melakukan pengamatan dan evaluasi.
    Tahapan ketiga (terakhir), adalah menyusun laporan, dan kemudian melakukan kegiatan seminar hasil PTKnya di sekolah. Kegiatan itu  umumnya membutuhkan waktu 2-3  bulan. Dengan demikian, kegiatan  PTK sejak  menyusun usulan,  sampai dengan selesai melakukan seminar hasil,  membutuhkan waktu sekitar 6 bulan, atau satu semester. Karena itulah, tampak kurang wajar bila guru melakukan lebih dari satu PTK dalam  waktu satu semester.

    II.        Berlatih membuat PTK
    A.   Kerangka Isi PTK
    Kerangka isi  PTK yang berupa makalah, umumnya sebagai berikut:
    Bagian Awal  yang  terdiri dari:  (a) halaman judul;  (b) lembaran persetujuan dan pernyataan dari kepala sekolah yang menyatakan keaslian tulisan dari si penulis;  (c) pernyataan dari perpustakaan yang menyatakan bahwa makalah tersebut telah disimpan diperpustakaannya,  (d) pernyataan keaslian tulisan yang dibuat dan ditandatangani oleh  penulis,  (e) kata pengantar; (f) daftar isi, (bila ada: daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran), serta  (g)  abstrak atau ringkasan.
    Bagian Isi yang umumnya terdiri dari beberapa bab yakni:
    1)    Bab I pendahuluan yang menjelaskan,  paling tidak tentang, latar belakang masalah, perumusan masalah dan, tujuan dan manfaat.
    2)    Bab II kajian / tinjauan pustaka  yang berisi  uraian tentang kajian teori dan pustaka yang berkesesuaian dengan permasalahan yang dikaji. Juga kajian teori yang berkaitan dengan macam tindakan yang akan dilakukan, proses tindakan, ketepatan atau kesesuaian tindakan dengan tujuan yang diharapkan  terjadi dengan adanya tindakan tersebut.
    3)    Bab III metode penelitian yang menjelaskan tentang prosedur penelitian (terutama: prosedur diagnosis masalah, penjelasan rinci tentang perencanaan dan pelaksanaan tindakan, prosedur pelaksanaan  tindakan, prosedur observasi dan evaluasi, prosedur refleksi , serta hasil penelitian). Yang harus ada dan dikemukakan secara jelas dalam bagian ini adalah langkah-langkah tindakan secara rinci, terutama langkah yang harus dilakukan oleh siswa, dan juga menjelaskan langkah guru dalam membuat persiapan, menyiapkan alat, dan seterusnya.
    4)    Bab IV  hasil penelitian dan pembahasan serta mengemukakan gambaran tentang pelaksanaan tindakan, dimulai dari setting atau pengaturan siswa, penjelasan umum jalannya pembelajaran diikuti penjelasan siklus demi siklus. Akhir dari bab ini adalah pembahasan, yaitu pendapat peneliti tentang bagiamana keunggulan dan kelemahan dari tindakan serta kemungkinannya untuk diterapkan lagi untuk memperoleh gambaran model tindakan ini sebagai metode mengajar yang dipandang kreatif dan inovatif, sehingga dapat memberikan hasil pembelajaran yang maksimal.
    5)    Bab V simpulan dan saran-Saran.

    Bagian Penunjang yang pada umumnya terdiri dari sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menunjang isi laporan. Lampiran utama yang harus disertakan adalah
    1)   semua instrumen yang digunakan untuk mengukur proses pembelajaran yang berupa (a) isian lembar observasi (b) isian pengamatan tentang aktivitas kelas, (c) isian, atau check list tentang aktivitas siswa, yang telah telah diisi yang ditandatangai oleh observer.
    2)   semua instrumen yang telah diisi dan divalidasi yang dipergunakan untuk pengukuran hasil belajar. Seperti tes, kuis, angket wawancara, soal pekerjaan rumah, format  pengamatan motorik, format pengamatan afektif, dan lain-lain. Termasuk hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan soal, tes, wawancara.
    3)   semua dokumen yang memberikan bukti bahwa ptk tersebut telah dilakukan sesuai dengan rencana. Dokumen tesebut antara lain (a) ijin kepala sekolah, (b) daftar hadir siswa, (c) catatan harian kegiatan, (d) rancangan pembelajaran, (e) bahan-bahan ajar, (f) foto-foto kegiatan yang menginformasikan pelaksanaan kegiatan pembelajarannya, dan lain-lain.
    4)   semua dokumen yang memberikan bukti bahwa ptk tersebut telah diseminarkan  di sekolah. Lampiran ini harus ada. Isi lampiran ini antara lain (a) berita acara seminar, (b) daftar hadir peserta, (c) keterangan dari kepala sekolah, (d) foto-foto kegiatan, (e) makalah ringkasan, atau sajian “power point”  dari hasil PTK yang disajikan dalam seminar, dan lain-lain.
    B.    Bagaimana Membuat Judul PTK
    Melakukan PTK, berarti melakukan kegiatan peningkatan mutu pembelajaran yang dilakukan guru  di dalam kelas.  paling tidak ada 3 (tiga)  informasi penting  harus tertulis pada judul, yakni
    a.       Apa tindakan yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran di kelasnya, dan
    1. Apa yang akan ditingkatkan dengan tindakan tersebut
    2. Siapa yang akan dikenai tindakan
    Informasi  penting yang harus ada pada judul adalah  tindakan pembelajaran  apa yang akan dilakukan guru. Tindakan tersebut berupa penggunaan metode pembelajaran baru, yang anda yakini (berdasar teori) lebih baik dari metode pembelajaran yang selama ini telah dilakukan.  Contoh tindakan (Suhardjono, 2014:46).
    Apa Tindakannya ?
     pembelajaran kooperatif tipe STAD
    penerapan model pembelajaran Diskusi  memakai multi media
    penerapan pembelajaran model Problem Based Learning
    penggunaan  pembelajaran Learning Cycle
    Dan seterusnya.... (yang pada prinsipnya adalah penerapan metode pembelajaran baru....)
    Contoh  apa yang akan ditingkatkan oleh guru melalui PTK,
    Apa yang akan ditingkatkan?
    Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat konsep pada sub pokok bahasan tertentu  (tuliskan pada pokok bahasan apa, sesuai dengan hal yang akan guru lakukan di kelasnya...)
    Meningkatkan proses dan  hasil belajar siswa dalam  kemampuan baca tulis hitung  pada pokok bahasan tertentu... (tuliskan pada  pokok bahasan apa, sesuai dengan hal yang akan guru lakukan di kelasnya...)
    Mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami  matematika luas bangun... (tuliskan pada  pokok bahasan apa, sesuai dengan hal yang akan guru lakukan di kelasnya...)
    Dan seterusnya....
    Siapa yang akan dikenai tindakan?
    Siswa kelas...., di sekolah ...... kota..... tahun ........
    Tuliskan data lengkap tentang siapa yang akan dikenai tindakan (yang tentunya adalah para siswa dari guru yang bersangkutan)

    Judul penelitian dinyatakan secara singkat dan spesifik tetapi cukup jelas menggambarkan masalah yang akan diteliti, tindakan untuk mengatasi masalah serta nilai manfaatnya. Formulasi judul dibuat agar menampilkan wujud PTK bukan penelitian pada umumnya. Umumnya di bawah judul utama dituliskan pula sub judul. Sub judul ditulis untuk menambahkan keterangan lebih rinci tentang subyek, tempat, dan waktu penelitian.
    Contoh Judul PTK  (SD)
    apa?--- peningkatan keterampilan menulis narasi pada pembelajaran Bahasa Indonesia,
    tindakannya ---melalui metode kerja kelompok
    siapa?--- siswa kelas VI SD 1 Bulungkulon tahun 2015/2016
    Contoh Judul PTK
    1)    Peningkatan hasil belajar  matematika Materi  Bangun Datar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VI SD 1 Bulungkulon tahun pelajaran 2015/2016.
    2)   Penerapan pembelajaran model Problem Based Learning untuk peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada sub pengalamanku pada siswa kelas I SD 6 Bulungkulon tahun 2016.
    Contoh tindakan
    1)    permainan make a match  dengan metode kooperatif
    2)    kerja ilmiah berkelompok belajar
    3)    teknik problem solving
    4)    metode think write and talk
    5)    metode jigsaw
    6)    strategi copy the master
    7)    metode kooperatif,
    8)    dan lain-lain….

    Judul yang memerlukan perbaikan adalah yang  tidak atau kurang lengkap dalam menuliskan: (a) apa yang akan ditingkatkan, (b) apa tindakannya  dan (c) siapa yang akan dikenai tindakan.
    Contoh Judul PTK yang perlu perbaikan:
    a.       Peningkatan ketrampilan dalam penyelesaian soal cerita tentang volume bangun ruang bagi  siswa kelas VI di SD 1 Sadang.
    Perlu diperbaiki,  karena tidak menuliskan “apa tindakan yang akan dilakukan
    b.      Peningkatan ketrampilan dalam penyelesaian soal cerita tentang volume bangun ruang melalui metode "students teams achievemet division (STAD)”   di Kabupaten Kudus.
    Perlu diperbaiki,  karena tidak jelas :  “siapa yang akan dikenai  tindakan”.
    c.       Penggunaan metode "students teams achievemet division (STAD)”  siswa kelas VI di SD 1 Bulungcangkring.
    Perlu diperbaiki,  karena tidak menuliskan “apa yang akan ditingkatkan”
    d.      Peningkatan hasil belajar Matematika melalui metode "students teams achievemet division (STAD)”  siswa kelas VI di SDN  3 Sadang.
    Perlu diperbaiki,  karena apa yang akan ditingkatkan,  tidak jelas”. Tertulis, yang akan ditingkatkan adalah hasil belajar Matematika.  Perlu diketahui PTK  sebagai pengembangan profesi guru, umumnya dilakukan dalam 2 siklus,  masing-masing 3 kali tatap muka. Dengan demikian waktu pelaksanaan pembelajaran dalam PTK tersebut, hanya sekitar 6 kali tatap muka. Sehingga, tidak mungkin keseluruhan hasil belajar Matematika yang akan ditingkatkan. Tentunya hanya akan peningkatan pada satu atau dua pokok bahasan tertentu, sesuai dengan waktu pembelajaran. Sehingga apa yang akan ditingkatkan lebih tetap  adalah meningkatkan “ketrampilan dalam penyelesaian soal cerita tentang volume bangun ruang“  Dan bukan  peningkatan hasil belajar Matematika.

    C.    Bab Pendahuluan
    Bab pendahuluan harus tertulis penjelasan alasan atau latar belakang mengapa guru berniat melakukan PTK di kelas. Pada uraian latar belakang tersebut menurut Subyantoro (2009) paling harus terjawab pertanyaaan-pertanyaan berikut.
    (1)    apa permasalahan yang terjadi di kelas, sehingga guru berniat untuk memecahkannya. masalah tersebut dapat terkait dengan proses mengajar dan belajar atau hasil belajar  yang dirasakan kurang memuaskan.
    (2)    paling tidak guru harus dapat menguraikan 4 (empat) alasan yang kokoh tentang adanya permasalahan tersebut,  yang didukung dengan  data dan fakta. Misalnya, (a)  proses belajar siswa dirasakan kurang gairah,  hal tersebut didukung dengan data pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya, atau dari kuisener (b) hasil belajar siswa belum memuaskan berdasar nilai-nilai ujian atau hasil pekerjaan rumah siswa, dan seterusnya.
    (3)    juga terdapat penjelasan bahwa masalah yang diteliti adalah benar-benar suatu masalah pembelajaran yang terjadi di kelasnya, di sekolahnya. tuliskan dengan  jelas kondisi yang menjadikan terjadinya permasalahan tersebut.
    (4)    masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya dan daya dukung lainnya.
    Menurut Supardi (2011:61) tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan pembelajaran. Untuk itu, dalam uraian  latar belakang masalah yang harus dipaparkan hal-hal berikut.
    (1)      masalah yang diteliti adalah benar-benar masalah pembelajaran yang terjadi di sekolah. umumnya didapat dari pengamatan dan diagnosis yang dilakukan guru atau tenaga kependidikan lain di sekolah. perlu dijelaskan pula proses atau kondisi yang terjadi.
    (2)      masalah yang akan diteliti merupakan suatu masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya, dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut.
    (3)      identifikasi masalah di atas, jelaskan hal-hal yang diduga menjadi akar penyebab dari masa!ah tersebut. Secara cermat dan sistematis berikan alasan (argumentasi) bagaimana dapat menarik kesimpulan tentang akar masalah itu.
    Marhaeni (2009) memberi acuan dalam pendahuluan PTK berisi asumsi yang ada tentang permasalahan nyata di kelas mengenai data awal kesenjangan antara harapan dan kenyatan sehingga menimbulkan permasalahan.Lebih lanjut Marhaeni menuturkan isi latar belakang pada PTK (1) menulis kenyataan yang ada (kondisi awal), (2) menulis harapan yang akan dituju (kondisi akhir), (3) adanya masalah kesenjangan antara kenyataan dan harapan, (4) perlu adanya solusi/pemecahan masalah melalui penelitian.
    D.   Perumusan Masalah
                     Langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah. Perumusan masalah berguna (1) sebagai dasar untuk penentuan teori yang akan digunakan, (2) sebagai arah dalam menentukan judul penelitian, (3) sebagai arah dalam menentukan metode    penelitian, dan (4) sebagai arah dalam menentukan jenis penelitian.
    Pada bagian ini umumnya terdiri atas jabaran tentang rumusan masalah dan cara pemecahan masalah dengan ketentuan:
    1)      perumusan masalah, berisi rumusan masalah penelitian.
    2)      pemecahan masalah; merupakan  uraian altematif tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah.
    3)      kalimat tanya yang diajukan mengacu ke variabel pada masalah pokok (y) dan  variabel pada masalah lain yang diteliti (x).
    4)      disamping adanya permasalahan yang akan diatasi, ada alternatif tindakan yang akan diambil dan hasil positif yang diantisipasi.

    Contoh rumusan masalah:
    1.       Bagaimana implementasi strategi pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran IPA untuk meningkatkan pemahaman konsep tentang Bunyi?
    2.       Apakah dengan pembelajaran strategi inkuiri siswa lebih bersemangat mengikuti pelajaran IPA?
    Umumnya rumusan masalah dituliskan dengan merubah judul penelitian yang berbentuk kalimat pernyataan, menjadi berbentuk kalimat tanya.
    Sebagai contoh, jika judul PTK adalah: 
    Menerapkan metode pembelajaran demonstrasi dengan menggunakan multimedia, untuk meningkatkan hasil karya menggambar bentuk, pada pelajaran seni budaya kelas III  di SD 1  Bulungkulon
    Maka, dengan merubah judul tersebut menjadi kalimat tanya, rumusan masalahnya dapat ditulis sebagai berikut:
    Apakah  melalui penerapan  metode pembelajaran demonstrasi dengan menggunakan multimedia, dapat  meningkatkan hasil karya menggambar bentuk, pada pelajaran seni budaya kelas III  di SD 1 Bulungkulon?
    Contoh 2
    Peningkatan hasil belajar IPA topik Tata Surya melalui pendekatan kontekstual dalam pembelajaran pada Siswa Kelas
    VI  Semester I ...........
    Ada 2 variabel : Hasil belajar IPA (terikat) dan pendekatan kontekstual (bebas)
    Rumusan Masalahnya :
    1.    Apakah melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPA topik Tata Surya ….
    2.    Seberapa besar peningkatan hasil belajar IPA melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual ….
    Contoh rumusan masalah
    Misalnya Y : Hasil belajar matematika….
    X : Pendekatan konstektual ….
    1. Apakah terdapat hubungan antara X dengan Y?
    Bukan rumusan masalah pada PTK, tetapi termasuk penelitian kuantitatif korelasional.  
    2.    Apakah terdapat pengaruh X terhadap Y?
    Bukan rumusan masalah pada PTK, tetapi termasuk penelitian kuantitatif eksperimen  
    3.    Apakah melalui X dapat meningkatkan Y?
    Rumusan masalah pada PTK termasuk penelitian tindakan kelas. Contoh lain, upaya peningkatan Y melalui X, optimalisasi Y melalui X, Penggunaan X untuk meningkatkan Y, dan Meningkatkan Y melalui X.

    E.    Tujuan Penelitian
    Tujuan PTK dirumuskan secara jelas, dipaparkan sasaran antara dan sasaran akhir tindakan perbaikan. Perumusan tujuan harus konsisten dengan hakikat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian-bagian sebelumnya.
    Dari rumusan tersebut menjadi tujuan penelitian sebagai berikut:
    1.       Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan pemahaman konsep tentang bunyi pada mata pelajaran IPA melalui penerapan strategi pembelajaran inkuiri.
    2.       Untuk mengetahui seberapa tinggi semangat belajar siswa setelah mengikuti pelajaran dengan strategi inkuiri.
    Menurut Suhardjono (2014) Penulisan tujuan PTK umumnya dimulai dengan kalimat “PTK ini bertujuan untuk menguji manfaat......... (tindakan tertentu, tuliskan dengan jelas nama tindakan tersebut), guna meningkatkan ....(tuliskan dengan rinci apa yang akan ditingkatkan), bagi  siswa di ..... (tuliskan subyek  PTK). Contoh:
    PTK ini bertujuan untuk menguji penerapan metode pembelajaran demonstrasi dengan menggunakan multimedia, untuk meningkatkan hasil karya menggambar bentuk, pada pelajaran seni budaya kelas III  di SD 1 Bulungkulon.
    Sedangkan penulisan manfaat PTK umumnya dimulai dengan kalimat “PTK ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa ....... (tuliskan apa manfaat PTK bagi guru, juga manfaat bagi siswa, dan lainnya)
    F.    Bab II Kajian Pustaka
    1)    Landasan Teori
    Pada bagian bab II diuraikan landasan konseptual dalam arti teoritik yang digunakan peneliti dalam menentukan alternatif pemecahan masalah. Sebagai contoh, akan dilakukan PTK yang menerapkan model pembelajaran kontekstual sebagai jenis tindakannya. Suhardjono (2014) menjelaskan pada kajian pustaka harus jelas dapat dikemukakan:
    1)      kemukakan secara lengkap berdasarkan teori dan temuan yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan.
    2)      bagaimana teori pembelajaran kontekstual, apa yang spesifik dari teori tersebut, persyaratannya. bagaimana langkah-langkah tindakan yang dilakukan dalam penerapan teori tersebut pada pembelajaran, strategi pembelajarannya.
    3)        bagaimana peningkatan mutu proses pembelajaran dengan penerapan model tersebut dengan perubahan yang diharapkan, atau terhadap masalah yang akan dipecahkan, sehingga dapat memunculkan hipotesis tindakan.
    Pada bab Kerangka Teori, harus tertulis berbagai teori (berdasar pada kajian kepustakaan) yang menjadi pijakan kebenaran teoritis dari PTK yang akan dilakukan. Sebagai contoh untuk judul PTK berikut ini:
    Penggunaan metode kerja kelompok dengan memakai media  papan penjumlah untuk meningkatkan belajar matematika dalam penjumlahan pada siswa kelas II SDLB YPAC.
    Paling tidak pada kajian teori teruliskan:
    1)      teori yang terkait metode kerja kelompok, khususnya  bagi siswa kelas II yang berkebutuhan khusus termasuk kajian tentang kekuatan, keampuhan metode tersebut.
    2)      teori atau hasil-hasil penelitian yang terkait dengan media papan penjumlahan dalam pembelajaran Matematika bagi siswa sekolah dasar.
    3)      teori atau hasil-hasil penelitian yang membahas tentang keterkaitan metode kerja kelompok dengan mengunakan media papan penjumlahan dengan keberhasilan meningkatkan belajar matematika dalam topik penjumlahan.
    4)      teori yang membahas metode mengajar yang lama, termasuk kajian  teori tentang hal-hal yang kurang, atau menjadikan timbulnya masalah dalam proses pembelajaran.
    Umumnya kajian teori ditutup dengan penarikan hipotesis penelitian PTK, yang menyatakan bahwa “Penggunaan metode kerja kelompok dengan memakai media  papan penjumlah dapat meningkatkan belajar matematika dalam penjumlahan pada siswa kelas II SDLB- YPAC”.
    Kajian teori berisi ringkasan dan tinjauan teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sekaligus dipakai sebagai landasan dalam merumuskan hipotesis. Pembahasan teori yang berhubungan dengan variabel penelitian. Pengkajian hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan variabel dan masalah penelitian. Kerangka pemikiran dan argumentasi keilmuan yang berisi analisis dan simpulan secara deduksi hubungan antar variabel. Dalam hal ini pendapat dan pandangan penulis terhadap teori yang dikemukakan harus diungkapkan dengan nyata (Dibyo,2011:49).
    Mulyadi (2010) menjelaskan landasan teori berguna untuk menganilisis hasil penelitian dengan menggunakan teori yang sesuai dengan tema penelitian. Kutipan mencantumkan sumber-sumber sebagai dasar untuk mencari kebenaran berdasarkan kajian teori. Teori-teori yang diambil harus relevan dengan permasalahan dan variabel yang diambil dari teori-teori yang terbaru dan dari berbagai aliran.
     Dalam bab II berisi kajian teori, penelitian yang relevan (bila ada), kerangka berfikir, dan hipotesis tindakan. Subjudul pada kajian teori dicontohkan sebagai berikut.
    1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
                    a. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
                    b. Komponen Pembelajaran Kontekstual
                    c. Prinsip-prinsip dalam Pembelajaran Kontekstual
                    d. RPP Berbasis Kontekstual
    1. HASIL BELAJAR IPA
                    a. Hakekat Belajar dan Hasil Belajar
                    b. Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
                    c. Hasil Belajar IPA
    Uraian tentang mata pelajaran, pembelajaran yang diidealkan pada mata pelajaran tersebut
    1. Teori variabel X: apa, mengapa dan bagaimana/sintaknya
    2. Teori variabel Y: apa, mengapa, bagaimana kaitannya dengan variabel X
    3. Kajian hasil penelitian?
    4. Kerangka berpikir atau konsep
    5. Demikian juga hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan.
       Penelitian yang relevan
    Penelitian yang relevan berguna untuk review penelitian yang sejenis yang sudah pernah dilakukan (penelitian terdahulu) sehingga relevan dengan permasalahan dan variabel yang diteliti untuk menghindari duplikasi. Penelitian relevan baik dilakukan oleh peneliti sendiri maupun oleh orang lain.
    2)    Kerangka berpikir
    Langlah-langkah menyusun kerangka berpikir sebagai berikut.
    a)      buatlah kerangka pemikiran yang menjelaskan keandalan tindakan untuk mengatasi masalah.
    b)      tekankan bahwa kerangka teori yang dipaparkan menggunakan acuan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dan acuan-acuan yang berupa hasil penelitian terdahulu. Semakin banyak sumber bacaan, semakin baik.
    c)       uraian kerangka pikir adalah penjelasan tentang apa nalar atau alasan atas tindakan guru (variabel X) yang dilakukan, dapat meningkatkan Y, jelaskan secara berturut-turut akan terjadi mulai dari guru yang mengajar, siswa yang belajar sedemikian hingga Y menjadi lebih baik (sejalan dengan PTK).
    d)      susun model teori yang merupakan kerangka pemikiran dalam penelitian yang sedang dilakukan.
    e)      buatlah kerangka teori dalam sebuah skema (bukan langkah tiap siklus), jabarkan hal-hal yang perlu untuk memberikan batasan-batasan, beserta asumsi-asumsinya.
    Kerangka berpikir didasarkan pada landasan teori yang disesuaikan dengan permasalahan yang diambil sebagai dasar untuk menentukan pengajuan hipotesis. Klimaks dari kerangka berfikir umumnya terdapat kata …… berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, diduga …. (misalnya diduga melalui X dapat meningkatkan Y).
    3)    Hipotesis Tindakan
    Merupakan jawaban sementara berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berfikir serta menjawab rumusan masalah yang diajukan. Dalam PTK Merupakan hipotesis tindakan bukan hipotesis penelitian. Tinjaulah kembali hipotesis yang diturunkan dari kerangka pemikiran. Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tinjauan pustaka, dan kerangka pemikiran, rumuskan ulang hipotesis yang ditetapkan. Dengan demikian jawaban sementara yang dirumuskan berdasarkan kajian teori dan kerangka  berpikir semakin kokoh menjawab rumusan masalah yang diajukan.  
    Contoh Hipotesis :
    1.    Rumusan masalah: Apakah terdapat hubungan antara X dengan Y?
          Judul : Hubungan antara X dengan Y
    Hipotesis : pilih salah satu dari :
    a.       Terdapat hubugan antara X dengan Y
    b.      Terdapat hubungan positif antara X dengan Y
    c.       Terdapat hubungan negatif antara X dengan Y
    2.    Rumusan masalah: Apakah terdapat pengaruh X terhadap Y?
    Judul : Pengaruh X terhadap Y
    Hipotesis : pilih salah satu dari :
    a.       Terdapat pengaruh X terhadap Y
    b.      Y dengan menggunakan X1 > daripada   yang menggunakan X2
    c.       Y dengan menggunakan X1 < daripada   yang menggunakan X2
    3.    Rumusan masalah : Apakah melalui X dapat meningkatkan Y?              
    Judul : Upaya peningkatan Y melalui X
    Hipotesis : Melalui X dapat meningkatkan Y
    contoh nomor 1 dan 2 bukan PTK, sedangkan contoh nomor 3 merupakan PTK.
    4)    Teknik Pengutipan Sumber Pustaka
    Menurut Suroso, dkk (2012:46) penulisan kutipan dalam kajian teori menggunakan ketentuan sebagai berikut:
    (a)      kutipan ditulis dengan menggunakan “dua tanda petik” jika kutipan ini merupakan kutipan pertama atau dikutip dari penulisnya. Jika kutipan itu diambil dari kutipan, maka kutipan tersebut ditulis dengan menggunakan ‘satu tanda petik’.
    (b)     Jika kalimat yang dikutip terdiri atas tiga baris atau kurang, maka kutipan ditulis dengan menggunakan tanda petik (sesuai ketentuan pertama) dan penulisannya digabung ke dalam paragraf yang ditulis oleh pengutip dan diketik dengan jarak spasi sesuai teknik pengetikan (dua spasi).
    Contoh:
    Salah satu dimensi kehidupan afektif-emosional ialah kemampuan memberi dan menerima cinta, bukan cinta dalam arti yang penuh romantik atau memberikan perlindungan yang berlebihan, melainkan cinta dalam arti “… a relationship that nourish us as we give, and enrich us as we spend, and permits ego and alter ego to grow in mutual harmony” (Cole, 1993: 832).
    (c)      Jika kalimat yang dikutip terdiri atas empat baris atau lebih, maka kutipan ditulis tanpa tanda kutip dan diketik dengan jarak baris satu spasi. Baris pertama diketik mulai pada pukulan keenam dan baris kedua diketik mulai pukulan keempat.
    (d)     Jika bagian dari yang dikutip ada bagian yang dihilangkan, maka penulisan bagian itu diganti dengan tiga buah titik.
    Menurut Wardhani (2011:109) penulisan sumber kutipan ada beberapa alternatif, yaitu:
    (a)      Jika sumber kutipan ditulis sebelum kutipan, cara penulisannya adalah nama penulis diikuti dengan tahun penerbitan dan halaman yang dikutip yang keduanya diletakkan di dalam kurung.
    Contoh:
    Sebagaimana dikemukakan oleh Stenberg (1984: 41) bahwa “In Piaget’s theory, children’s intelectual functioning is represented in term of symbolic logic”.
    (b)     Jika sumber kutipan ditulis setelah kutipan, maka cara penulisannya adalah nama penulis, tahun penerbitan, dan halaman yang dikutip semuanya diletakkan di dalam kurung. Contoh cara penulisan ini dapat dilihat pada butir kedua di atas.
    (c)      Jika sumber kutipan merujuk sumber lain, maka sumber kutipan yang ditulis tetap sumber kutipan yang digunakan pengutip tetapi dengan menyebut siapa yang mengemukakan pendapat tersebut. Dengan kata lain, saat kita merujuk pada sumber A, sedangkan A sendiri merujuk sumber B (sumber asli/buku asli) maka penulisannya tetap menyebut sumber asli (B) tetapi sumber A juga disebut.
    Contoh: Achmad membuat skripsi tahun 2007 di dalamnya ada pendapat Hamalik dari bukunya (Hamalik) tahun 1986 tentang media pembelajaran halaman 21 (di skripsi), maka penulisan kutipannya adalah: Hamalik (dalam Achmad, 2007: 21) mengemukakan bahwa ‘definisi media pembelajaran adalah … ‘.
    (d)     Jika penulis terdiri atas dua orang, maka nama keluarga kedua penulis harus disebutkan. Misalnya Sharp and Green (1996: 1). Jika penulisnya lebih dari dua orang, maka yang disebutkan nama keluarga penulis pertama dan diikuti oleh et al. misalnya, Clelland et al.(1960: 35). Perhatikan titik setelah al. adalah sebagai singkatan dari ally dan kedua kata itu ditulis dengan huruf miring.
    (e)     Jika suatu bahasan dibahas oleh beberapa orang dalam sumber yang berbeda, maka contoh penulisan sumber kutipannya adalah sebagai berikut:
    Beberapa studi tentang anak-anak yang mengalami kesulitan belajar (Dunkey, 1972; Miggs, 1976; Parmenter, 1976) menunjukkan bahwa … (tulis intisari rumusan yang dipadukan dari ketiga sumber tersebut).
    (f)       Jika sumber kutipan itu adalah beberapa karya tulis dari penulis yang sama dan pada tahun yang sama, maka cara penulisannya adalah dengan menambah huruf a, b, dan seterusnya setelah tahun penerbitan. Contoh: (Bray, 1998a, 1998b,).
    (g)      Jika sumber kutipan tidak mencantumkan nama penulis (tanpa nama), maka contoh penulisannya adalah: (Tn. 1972: 18).
    (h)     Jika yang diutarakan pokok-pokok pikiran seorang penulis, maka tidak perlu ada kutipan langsung, cukup dengan menyebut sumbernya.

    G.   BAB III METODOLOGI PENELITIAN (PTK)
    Menurut Aqib (2009) pada bagian metodologi diuraikan dengan sistematika berikut:
    1)    Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian. Pada bagian ini disebuntukan tempat di mana penelitian dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas subyek penelitian.
    2)    Prosedur/siklus penelitian. Pada bagian ini dijelaskan jumlah siklus yang akan dilakukan dan berapa pertemuan tiap siklus. Diusahakan minimal dua siklus dan tiap siklus minimal 3 pertemuan. Tiap siklus mengikuti tahapan PTK (perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi)
    3)    Pengumpulan data. Pada bagian ini ditunjukan dengan jelas jenis data dan cara pengumpulannya/instrumen yang akan digunakan.
    4)    Indikator kinerja, pada bagian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit.
    5)    Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
    Pada bab III diuraikan dalam subbab (1) lokasi dan waktu, (2) subyek penelitian, (3) prosedur penelitian, (4) desain penelitian yang memuat perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi, dan refleksi, dan (5) data dan teknik analisis data (Marhaeni, 2009:41).
    Lokasi dan waktu dengan menyebuntukan lokasi berlangsungnya penelitian, karakteristik lokasi penelitian, data/dokumen lokasi penelitian, disebuntukan penelitian dikenakan pada obyek mata pelajaran apa, kapan waktu penelitian (semester/tahun), dijelaskan rencana pelaksanaan penelitian minimal 2 siklus dalam satu iklus minimal 2 kali pertemuan.
    Subyek penelitian adalah sasaran penelitian atau yang dikenai penelitian (siswa). Informan adalah orang yang dapat memberi informasi tentang penelitian kita (teman sejawat, kepala Sekolah, orangtua, staf yang lain). Disebuntukan alasan memilih subyek/informan penelitian dan dijelaskan Karakteristik subyek/informan penelitian.
    Suhardjono (2014) menyebuntukan setiap tindakan terdiri dari rangkaian empat kegiatan, yakni:
    1.       Perencanaan: merupakan kegiatan merancang  secara rinci  tentang apa dan bagimana tindakan  yang  akan dilakukan. Pada PTK untuk pengembangan profesi guru, kegiatan ini berupa menyiapkan bahan ajar, menyiapkan rencana mengajar, merencanakan bahan untuk pembelajaran, serta menyiapkan hal lain yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
    2.       Tindakan: adalah kegiatan ini dalam PTK.  Bagi guru, tindakan ini berupa  penerapan model/cara mengajar yang baru. Pada PTK untuk pengembangan profesi guru, tindakan dilakukan sekurang-kurang dalam dua siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan. 
    3.       Pengamatan: merupakan tindakan pengumpulan informasi yang akan dipakai untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan telah berjalan sesuai dengan rencana yang diharapkan.  Pengamatan dapat berupa pengumpulan data melalui observasi, tes, kuisener, dan lain.
    4.       Evaluasi dan Refleksi: selanjutnya berdasar pada hasil evaluasi dilakukan refleksi, untuk mengetahui apa yang kurang pada pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk melakukan perbaikan pada perencanaan di tahapan (siklus) berikutnya.
    Keempat rangkaian kegiatan itu dinamakan kegiatan satu siklus, atau satu putaran kegiatan. Dengan demikian, PTK dimulai dengan siklus yang pertama yang terdiri dari empat kegiatan.  Berdasar hasil refleksi, akan diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan pada siklus pertama. Selanjutnya tindakan tersebut diulang, tindakan ulangan (yang telah diperbaiki)  itu disebut sebagai  siklus kedua.
    Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya  dengan berbagai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu yang tentu saja ditujukan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus pertama.  Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan guru belum merasa puas, dapat melanjuntukan dengan siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan siklus terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa kali siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri.  Namun untuk PTK pada kegiatan pengembangan profesi PTK dilakukan dengan tidak kurang dari dua siklus. Dengan demikian pada bab rencana pelaksanaan PTK, uraikan secara jelas  rincian kegiatan yang akan dilakukan.  Mulai dari kegiatan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi sebagaimana contoh  berikut ini.
    Siklus I
    Perencanaan :
    Indentifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah
    1.  merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM
    2.  menentukan pokok bahasan
    3.  mengembangkan skenario pembelajaran
    4.  menyusun RPP
    5.  menyiapkan sumber belajar
    6.  mengembangkan format evaluasi
    7.  mengembangkan format observasi pembelajaran
    Tindakan
    8.  menerapkan  tindakan mengacu pada skenario dan RPP
    Pengamatan
    9.  melakukan observasi  dengan memakai format observasi
    10.              menilai hasil tindakan dengan menggunakan format RPP
    Refleksi
    1.    Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi evaluasi  mutu, jumlah dan waktu  dari setiap macam tindakan.
    2.    Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario, lkm, dll.
    3.    Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya
    4.    Evaluasi tindakan I
    Siklus II
    Perencanaan
    1. Indentifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
    2. Pengembangan program tindakan II
    Tindakan
    3.       Pelaksanaan  program tindakan II
    Pengamatan
    4. Pengumpulan data tindakan II
    Refleksi
    5. Evaluasi Tindakan II
    6. Selanjutnya diuraikan rincian rencana kegiatan pada siklus berikutnya (bila ada)

    5)   Prosedur Penelitian
    Prosedur penelitian merupakan desain penelitian yang menjelaskan langkah-langkah dan berapa jumlah siklus yang direncanakan. Waktu penelitian harus secara jelas disebuntukan dalam bab III rinci minimal dua siklus dalam satu siklus minimal dua kali pertemuan.
                         Gambar 4. Desain Penelitian (Marhaeni: 2009)

    Siklus I Pertemuan 1
    A.   Perencanaan
    1.       dijelaskan persiapan yang harus dilakukan untuk penelitian (sesuai masalah dan topik penelitian)
    1. menyiapkan alat/bahan
    2. menyiapkan instrumen observasi meliputi lembar observasi partisipasi siswa dalam KBM, lembar observasi kinerja guru dalam KBM, angket dll
    3. menyiapkan/membuat alat yang diperlukan
    B.    Pelaksanaan
    1)        Siklus I Pertemuan 1
    a)      melaksanaan rencana yang sudah disusun
    b)      misalnya: melakukan pre test untuk mengetahui nilai awal
    c)       direncanakan detail apa yang akan dilaksanakan pada siklus I pertemuan 1
    d)      tergantung dari masalah dan topik
    Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan penelitian dengan melakukan observasi pada siswa (partisipasi siswa pada saat KBM) dan mengobservasi guru saat KBM (lebih bagus ada observer bisa teman sejawat, Kepsek)
    C.    Pengamatan  Pelaksanaan PTK
    a)      tahapan ini, berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.
    b)      data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain) tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, atusias mereka, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain-lain.
    D.   Evaluasi
    a)      guru melakukan evaluasi hasil belajar dengan melakukan post test
    b)      menganalisis hasil evaluasi
    c)       menganalisis hasil observasi
    d)      menghitung/ menganalisis indikator ketuntasan (apakah penelitian sudah sesuai dengan indikator atau belum)
    E.    Refleksi
    a)      upaya perbaikan kinerja guru dalam KBM
    b)      upaya peningkatan partisipasi siswa
    c)       atau tuliskan hal-hal yang memang ditemukan selama penelitian berlangsung dan itu perlu diperbaiki untuk siklus ke II
    d)      Lanjuntukan siklus I pertemuan 2 proses sama dengan siklus I pertemuan 1 dan 2
    e)      mulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi, dan evaluasi
    f)       pada siklus I Pertemuan 2 ini isinya tidak sama persis dengan Siklus I pertemuan 1 (Jangan copy paste) karena tidak masuk akal
    g)      apa yang dilakukan di siklus I pertemuan 1 dengan Siklus I pertemuan 2 tentu saja materi berbeda/isi berbeda meski langkah dan metode atau strateginya sama.
    Lanjuntukan Siklus II Pertemuan 1 dan 2
    1)      proses sama dengan siklus I sebelumnya
    2)      mulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi, dan evaluasi
    3)      pada siklus II Pertemuan 1  isinya tidak sama persis dengan siklus sebelumnya (Jangan copy paste) karena tidak masuk akal
    4)      apa yang dilakukan di siklus I pertemuan 1, 2 dengan Siklus II pertemuan 1 dan 2 tentu saja materi berbeda/isi berbeda meski langkah dan metode atau strateginya sama.
    Instrumen observasi berupa: soal tes, kuis, kuisener, format wawancara, lembar observasi, catatan  lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi.
    Contoh instrumen yang dipakai dalam PTK meliputi lembar pengamatan KBM, lembar hasil belajar siswa, lembar penilaian kinerja kelompok, lembar informasi balikan siswa, jurnal, semua instrumen, contoh isian instrumen, foto-foto kegiatan,hasil kerja siswa, dokumen lain, jurnal, dan lain  harus dilampirkan pada laporan PTK.
    Sumber data bersumber dari siswa sebagai subjek penelitian dan sumber data lain dari guru atau teman sejawat.
    Berikut disajikan beberapa contoh dalam pelaksanaan  PTK
    Judul PTK :  Peningkatan ketrampilan dalam penyelesaian soal cerita tentang volume bangun ruang melalui metode "students teams achievemet division (STAD)”  siswa kelas VI di SD I Bulungkulon Tahun 2015-2016
    Siklus I
    Perencanaan

    1.       berdasar rumusan masalah akan diterapkan metode mengajar "students teams achievemet division (STAD)” 
    2.       dipilih pokok bahasan yang sesuai dengan waktu yang tersedia (yakni 4 pertemuan terdiri  2 pertemuan setiap siklus, yang  akan dilakukan dalam 2 siklus). Dipilih untuk topik pembelajaran  pemecahan soal cerita tentang volume bangun ruang.
    3.       direncanakan RPP untuk pokok bahasan tersebut secara rinci untuk setiap pertemuan.
    4.       dirancang skenario pelaksanaan model STAD dalam pembelajaran dalam siklus pertama (2  pertemuan)
    5.       disiapkan bahan dan media pembelajaran yang akan digunakan, serta dokumen yang lain, seperti daftar hadir, lembar-lembar kerja siswa, dan lain-lainnya.
    6.       merancang instrumen untuk mengamati proses pembelajaran dan hasil belajar dalam 2 pertemuan, termasuk merancang teknik analisisnya.
    7.       menyiapkan sejawat guru untuk bertindak sebagai observer, dan membantu mendokumentasikan kegiatan PTK.
    Tindakan Silkus I
    8.       mengajar selama 2 kali pertemuan untuk sub pokok bahasan  pemecahan soal cerita tentang volume bangun ruang.  Misalnya mengajar tentang sub topik bangun ruang kubus dan tabung.
    9.       dalam mengajar harus sesuai dengan skenario yang telah disusun.
    10.   mendokumentasikan (mengedarkan daftar hadir, membuat  foto-foto kegiatan, dan dokumen yang lain)  dan menuliskan semua kegiatan yang dilakukan dalam catatan harian pelaksanaan pembelajaran
    Pengamatan
    11.   melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran dan respon kelas serta siswa dengan memakai instrumen yang telah disiapkan.
    12.   meminta sejawat guru untuk mengamati proses mengajar yang dilakukan guru dengan memakai lembar observasi yang telah dirancang.
    13.   melakukan pengamatan hasil belajar dengan menggunakan tes, kuis, pekerjaan rumah, wawacara atau instrumen lain yang telah disiapkan
    14.   menghimpun semua hasil pengamatan dan menganalisisnya.
    Refleksi
    15.   berdasar hasil analisis pengamatan (baik proses maupun hasil pembelajaran) melakukan evaluasi untuk memperbaiki pembelajaran (tetap dengan menerapkan model STAD).
    16.   yang paling utama adalah mengetahui  hal-hal  yang kurang sempurna dalam pelaksanaan penerapan model mengajar yang baru. Misalnya  langkah urutan yang tidak jelas, format tugas yang masih rancu, atau penampilan guru yang keliru, dsbnya). Hasil refleksi tersebut dihimpun dalam satu catatan yang akan dipakai sebagai masukan dalam perancangan siklus ke II.
    Siklus II
    Perencanaan
    1.    kembali merancang  RPP untuk pokok bahasan lanjutan (bukan mengulang topik bahasan) dari yang telah diajarkan pada siklus I, secara rinci untuk setiap pertemuan. Kembali dirancang skenario pelaksanaan model STAD dalam pembelajaran dalam skilus kedua (2 pertemuan)  dengan PERBAIKAN dan PENYEMPURNAAN tindakan pembelajaran sesuai  masukan hasil refleksi siklus I.
    2.    kembali menyiapkan  bahan dan media pembelajaran yang akan digunakan untuk mengajar topik lanjutan (bukan mengulang topik bahasan), serta dokumen yang lain, seperti daftar hadir, lembar-lembar kerja siswa, dan lain-lain.
    3.    kembali merancang instrumen (sesuai dengan masukan refleksi)  untuk mengamati proses pembelajaran dan hasil belajar dalam 3 kali pertemuan, termasuk merancang bagaimana menganalisisnya.
    4.    kembali mendiskusikan dengan observer, yakni sejawat guru yang diminta bantuan untuk ikut mengamati PTK, tentang hal-hal yang diperbaiki (berubah) pada  pembelajaran di silkus II.

    Tindakan Sikulus II
    5.     melaksanakan pembelajaran di siklus II  sesuai model STAD dengan topik lanjutan (bukan mengulangi topik yang telah diajarkan pada siklus I). Misalnya mengajar tentang sub topik bangun ruang prisma dan limas.

    Pengamatan
    6.    kembali lakukan pengumpulan data baik proses maupun hasil pembelajaran dengan metode yang baru.
    7.    himpun hasil pengamatan dan analisis hasilnya.
    Refleksi
    8.    pelajari hasil analisis pengamatan, lakukan refleksi untuk perbaikan tindakan di siklus ke III (bila akan dilakukan). Kumpulkan semua dokumen untuk bahan pembuatan laporan.

    6)   Teknik dan Alat Pengumpulan Data
    Teknik pengumpulan data meliputi tes, observasi, wawancara, dokumentasi, dan lainnya. Sedangkan alat pengumpulan data berupa butir soal tes, lembar observasi , pedoman wawancara, dan lainnya. Disamping data tentang variabel juga diperlukan data pendukung terutama untuk proses tindakan. Uraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan jurnal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan) penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen (Supardi,2011:89).
    Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid. Data kualitatif (misalnya observasi, wawancara), dapat divalidasi melalui triangulasi, yakni tri­angulasi sumber, data berasal dari  beberapa sumber dan triangulasi metode, data berasal dari  beberapa metode. Tetapkan metode/teknik validasi yang dipilih dan uraikan sejelas-jelasnya. Hasil belajar (nilai tes) yang divalidasi instrumen tes. Menentukan validitas teoritik maupun validitas empirik (analisis kualitatif dan kuantitatif).
    Analisis /interpretasi data dengan metode analisis data disebuntukan apa yang dilakukan oleh peneliti terhadap setiap data yang terkumpul setiap variabel yang diteliti. Jadi pekerjaan analisis data dalam PTK adalah bergerak dari penulisan deskripsi kasar catatan observasi, wawancara dan dokumentasi, misalnya kegiatan siswa/ siswi selama pembelajaran di kelas, sampai pada produk penelitian. Dalam PTK data dianalisis pada saat pengumpulan data dan setelah selesai pengumpulan data yaitu misalnya dengan melakukan refleksi.
    Interpretasi berarti mengartikan hasil penelitian berdasarkan pemahaman yang dimiliki peneliti. Hal ini dilakukan dengan acuan teori, dibandingkan dengan pengalaman, praktik, atau penilaian dan pendapat guru. Hipotesis tindakan yang telah divalidasi dicocokkan dengan mengacu pada kriteria, norma, dan nilai yang telah diterima oleh guru dan peserta didik yang dikenai tindakan. Pada proses analisis dibahas apa yang diharapkan terjadi, apa yang kemudian terjadi, mengapa terjadi tidak seperti yang diharapkan, apa penyebabnya atau ternyata sudah terjadi seperti yang diharapkan, dan apakah perlu dilakukan tindaklanjut.
    Validasi hipotesis adalah diterima atau ditolaknya suatu hipotesis. Jika di dalam desain PTK diajukan hipotesis tindakan yang merupakan keyakinan terhadap tindakan yang akan dilakukan, maka perlu dilakukan validasi. Validasi ini dimaksudkan untuk menguji atau memberikan bukti secara empirik apakah pernyataan keyakinan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis tindakan itu benar. Validasi hipotesis tindakan dengan menggunakan tehnik yang sesuai yaitu: saturasi atau triangulasi (Asikin, 2009:76).
    Dalam melaksanakan analisis PTK tidak menggunakan uji statistik dan cukup menggunakan analisis diskriptif. Hasil belajar dianalisis dengan analisis               diskriptif komparatif, yaitu  membandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan observasi wawancara dengan alanisis diskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi.
    Pada bab III memuat indikator kinerja. Pada bagian indikator kinerja merupakan tolok ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasi untuk tindakan perbaikan selanjutnya melalui PTK.
    H.   Penyusunan Laporan PTK
    Laporan PTK paling tidak memuat:
    1)      (Bab I) pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kemanfaatan hasil penelitian;
    2)      (Bab II) kajian/ tinjauan pustaka  yang berisi  uraian tentang kajian teori dan pustaka tentang apa, bagaimana dan mengapa kegiatan tindakan yang dilakukan;
    3)      (Bab III) metode penelitian yang menjelaskan tentang prosedur penelitian;
    4)      (Bab IV)  hasil penelitian berisi tindakan tiap siklus, data lengkap tiap siklus, perubahan pada siswa, guru dan kelas, bahasan seluruh siklus ; dan
    5)      (Bab V) simpulan dan saran-saran.
    6)      laporan penelitian harus pula  melampirkan (a) RPP, (b) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, (c) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru maupun siswa, (d) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, cacatan harian dalam  pelaksanaan PTK, surat izin penelitian, hasil kerja siswa.
    Penyusunan laporan menurut Marhaeni (2009) berisi: (1) bab I pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian. (2) bab II berisi landasan teori, tinjauan pustaka, dan kerangka berfikir. (3) bab III Metodologi penelitian berisi lokasi dan waktu penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan indikator kinerja. (4) bab IV hasil penelitian dan pembahasan berisi sajian laporan hasil pelaksanaan tindakan setiap siklus. Sajian berupa data kuantitatif dengan menggunakan tabel dan diagram kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif sesuai dengan teori pada bab II dan konsisten dengan RPP yang telah dibuat. (5) bab V simpulan dan saran berisi simpulan. (6) semua lampiran proses kerja siswa dilampirkan.
    Menurut Suhardjono (2014) penjelasan bab IV hasil penelitian dan pembahasan sebagai berikut:
    1.    Lokasi Dan Waktu Penelitian
    a.  disebutkan lokasi berlangsungnya penelitian
    b.   karakteristik lokasi penelitian (bisa mengeksplore karakteristik fisik)
    c.      data/dokumen lokasi penelitian (bisa data guru, data siswa yang diteliti, data prestasi dsb).
    d.   disebuntukan penelitian dikenakan pada obyek mata pelajaran apa, materi apa, apa alas an memilih obyek tersebut.
    e.  Kapan waktu penelitian (semester/tahun)
    2.    subyek dan informan penelitian
    Subyek dan informan harus ditulis jelas, jumlah berapa kondisi kenyataan seperti apa data seperti apa (misal data siswa, guru sarpras) gambaran umum tentang subyek penelitian (silakan dituliskan/deskripsikan kondisi dari lapangan penelitian jadi bukan teori lagi namun sudah hasil pengamatan, pemilihan dari subyek dan informan.

    3.    Hasil Tindakan Dan Pembahasan Dalam PTK
    Rancangan yang ada dalam bab III dijelaskan secara rinci sesuai yang dilaksanakan ketika action
    perencanaan , pelaksanaan obervasi, evaluasi, dan refleksi.
    Siklus I (pertemuan 1)
    a.    Perencanaan
    Perencanaan ditulis per pertemuan (pertemuan I) apa yang dilakukan lengkap dengan hasilnya bukan hanya teori atau rancangan. Perencanaan menjelaskan persiapan yang harus dilakukan untuk penelitian (sesuai masalah dan topik penelitian). Menyiapkan alat/bahan. Menyiapkan instrumen observasi meliputi lembar observasi partisipasi siswa dalam KBM, lembar observasi kinerja guru dalam KBM, angket dll. Menyiapkan/membuat alat yang diperlukan. Semua ditulis secara rinci dan jelas per siklus.
    b.    pelaksanaan
    Melaksanaan rencana yang sudah disusun misalnya: melakukan pretest untuk mengetahui nilai awal, kemudian melakukan penelitiannya/tindakannya sesuai dengan rancangan (hasil siklus I apa saja tiap pertemuan dalam siklus satu dijelaskan) tergantung dari masalah dan topik. Mengobservasi kegiatan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan penelitian, melakukan observasi pada siswa (partisipasi siswa pada saat KBM), mengobservasi guru saat KBM (lebih bagus ada observer bisa teman sejawat, kepsek).
    c.      Pengamatan (observasi)  Pelaksanaan PTK
    Tahapan observasi, berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain) tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, atusias mereka, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain-lain. Guru melakukan evaluasi hasil belajar dengan melakukan post test, menganalisis hasil evaluasi, menganlisis hasil observasi, menghitung/ menganalisis indikator ketuntasan (apakah penelitian sudah sesuai dengan indikator atau belum).
    d.    Refleksi
    Refleksi dengan mengupayakan perbaikan kinerja guru dalam KBM, upaya peningkatan partisipasi siswa, atau tuliskan hal-hal yang memang ditemukan selama penelitian berlangsung dan itu perlu diperbaiki untuk siklus II. Hasil pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan berdasarkan pada data yang telah terkumpul.
    Siklus I (Pertemuan 2)
    Pada siklus I pertemuan 2 tulislah secara lengkap apa yang dilakukan dalam siklus I pertemuan 2 lengkap dengan hasilnya tidak hanya teori. Mulai lagi perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi, refleksi. Bisa saja berbeda hasil atau isinya dari langkah pada siklus I pertemuan I oleh karena ini harus ditulis secara lengkap dengan hasilnya (pertemuan 2 melakukan apa harus dijelaskan hasilnya juga di bab IV ini, dan sesuai dengan siklus I). Penulisan hasil sangat diperlukan secara lengkap dan sistematis. Maksudnya dalam siklus I pertemuan 2 melaksanakan apa yang sudah direncanakan dalam siklus I maka harus jelas perencanaan berapa siklus berapa pertemuan.

    Siklus II Pertemuan 1
    a. Perencanaan
    Tuliskan rencana yang akan dilakukan pada Siklus II pertemuan I sesuai dengan RPP. Perencanaan juga tidak sama persis kalimatnya dengan kalimat di Siklus I pertemuan I atau II karena pasti sudah ada hasil refleksi dari siklus I jadi perencanaan juga disesuaikan dengan hasil refleksi.
    b. Pelaksanaan
    Pelaksanaan pada siklus 2 pertemuan 1 adalah tindakan yang direncanakan dengan perbaikan sesuai refleksi pada siklus 1. Tindakan siklus 2 sama dengan tindakan siklus1 dengan perbaikan dan penyempurnaan tindakan yang telah dilakukan pada siklus 1 berdasarkan hasil refleksi. Pelaksanaan tindakan hendaknya konsisiten dari siklus ke siklus. Pelaksananaan PTK dari siklus ke siklus berikutnya menggunakan metode/model/teknik pembelajaran (tindakan) harus sama. Pokok bahasan boleh berubah tapi dalam satu KD (Supardi dan Suhardjono:2011).
    c. Observasi
    Dilaksanakan pada saat pelaksanaan tindakan/penelitian. Dapat melibatkan  teman sejawat sebagai observer. Apabila tidak ada observer jujurlah pada diri sendiri kekurangan dalam setiap siklus yang sudah dilaksanakan  untuk bahan refleksi dan perbaikan pada siklus berikutnya. Masukan  dari siswa untuk mengomentari tentang tindakan yang lakukan guru. Guru melakukan evaluasi hasil belajar dengan melakukan post test. Menganalisis hasil evaluasi, menganlisis hasil observasi. Menghitung/ menganalisis indikator ketuntasan (apakah penelitian sudah sesuai dengan indikator atau belum).
    d.    Refleksi
    Upaya perbaikan kinerja guru dalam KBM dan Upaya peningkatan partisipasi Siswa. Tuliskan hal-hal yang ditemukan selama penelitian berlangsung dan perlu diperbaiki untuk siklus berikutnya sesuai rencana. Jika sudah berhasil sesuai dengan indikator maka PTK sudah selesai.

    Siklus II Pertemuan 2
    Dalam siklus 2 pertemuan 2 dilakukan semua yang sudah direncanakan jadi dimulai lagi perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi, refleksi. Uraian setiap langkah tersebut tidak boleh copy paste karena pasti setiap siklus berbeda dan setiap pertemuan berbeda kondisi. yang harus konsisten adalah tindakannya (metode/strategi/model/teknik) sedangkan materi boleh berubah dalam satu KD.
    Pembahasan Hasil Tindakan
    Tindakan setiap siklus harus dianalisis dengan teori yang digunakan dan sudah ditulis dalam bab II sehingga hasil dan analisis ada argumentasi teoretisnya ketika hasil PTK mau diimplementasikan lagi atau dijadikan model. Hasil PTK dari siklus 1 dan siklus 2 (biasanya ditampilkan dalam tabel perolehan nilai atau tabel hasil kinerja siswa) kemudian dibandingkan misalnya hasil meningkat atau mengalami kenaikan. Inilah yang dianalisis dengan teori yang dipakai.

    Contoh Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan
    Judul: Peningkatan Hasil Belajar IPA  Topik Tata Surya Melalui Penggunaan CD Interaktif Pada Siswa Kelas VI SD 1 Bulungkulon Tahun 2015/2016.
    Hasil Penelitian (Lihat Diagram)

    Hasil dari Diagram tersebut dianalisis denga teori yang ada dikaitkan dengan teori tentang CD Interaktif dan peningkatan hasil belajar IPA topik Tata Surya dan dikaitkan dengan teori hasil belajar siswa dalam pembelajaran kemudian dijawab berdasarkan hasil dan teori, mengapa CD interaktif itu bisa meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian teori yang sudah ditulis di Bab II dipakai dalam menganalisis hasil di Bab IV.

    I.      Bab V Simpulan
    Simpulan bukan ringkasan hasil penelitian (hasil sudah tahu kalau meningkat). Simpulan adalah hasil refleksi dan analisis peneliti terhadap hasil penelitian dan teori yang digunakan. Misalnya, hasil: ”terbukti metode role playing dapat meningkatan hasil belajar materi X karena metode role playing sangat menarik efektif dan membuat siswa senang belajar, hal ini sesuai dengan teori pembelajaran…..(teori yang dipakai) (Supardi,2011:97).
    Menurut Marhaeni (2009) simpulan bukan ringkasan hasil, tetapi argumentasi dan hasil pikiran peneliti setelah melakukan penelitian, menganalisis data dengan teori yang digunakan. Sedangkan saran merupakan kenyataan dan dapat dilakukan, operasional detail agar dapat ditindak lanjuti.
    Dibyo (2011:102) menyatakan bahwa simpulan merangkum  semua hasil penelitian yang diuraikan pada bab IV. Sebaiknya sajian menggunakan urutan yang merupakan urutan jawaban dari rumusan permasalahan yang diajukan. Sedangkan saran-saran yang dituliskan harus berdasarkan atau berhubungan dengan penelitian. Sebuah saran harus didahului dengan uraian berupa argumentasi dari saran yang dajukan. Saran ditujukan kepada siapa saja yang berkepentingan.
    Dalam bab V sebaiknya diberi implikasi berupa dampak teoritis terhadap perkembangan ilmu dan penelitian dan dapat berupa dampak penerapan praktis dalam pemecahan masalah dan penyusunan kebijaksanaan.

    J.     DAFTAR PUSTAKA
    Tuliskan semua pustaka (buku, jurnal, hasil penelitian, makalah, unduhan) sesuai kaidah. Pustaka yang ditulis di daftar pustaka hanya yang dikutip atau yang dijadikan rujukan. Jangan mencantumkan semua bacaan dan pustaka tetapi tidak dipakai rujukan (hanya agar kelihatan banyak jumlahnya).
    Daftar pustaka meliputi: (1) nama pengarang ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, dan nama tengah, tanpa gelar akademik, (2) tahun penerbitan, (3) judul termasuk subjudul (ditulis miring), (4) tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit. Nama pengarang yang terdiri dari dua bagian atau lebih ditulis dengan urutan: nama akhir diikuti koma, nama awal (disingkat atau tidak disingkat) beserta nama tengahnya (jika ada) diakhiri tanda titik. Pengedepanan nama akhir pengarang bersifat menyeluruh, tidak dipertimbangkan apakah nama akhir tersebut nama asli, nama keluarga, nama suami, atau nama marga. Penulisan nama pengarang dimulai dari tepi kiri, sedangkan baris selanjutnya dimulai pada karakter keenam dengan menggunakan spasi tunggal.
    Bahan pustaka berbentuk buku ditulis dengan urutan nama pengarang, tahun terbit, judul buku (ditulis miring) kota penerbitan, dan penerbit. Untuk memisahkan bagian-bagian tersebut digunakan tanda titik(.) kecuali antara kota dan penerbit digunakan tanda titik dua (:).
    Contoh penulisan daftar pustaka
    Arikunto, Suharsimi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Malang: Cakrawala Indonesia.
    Jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber ditulis oleh orang yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama pula, angka tahun penerbitan diikuti oleh lambang a,b,c dan seterusnya sesuai abjad judul buku. Untuk keperluan praktis penulisan dan pembacaan nama pengarang yang sama tidak perlu ditulis ulang, tetapi diganti dengan garis putus sepanjang lima katakter tanpa titik. Apabila tahun terbitnya berbeda, bahan pustaka diurutkan secara kronologis. Contoh:
    Arikunto, Suharsimi. (2006a). Cara Cepat Menguasai Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Malang: Cakrawala Indonesia.
    ----- (2006b). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pustaka Rakyat.

    K.    Lampiran
    Bagian lampiran dapat berisi hal–hal yang dapat memperjelas karakteristik PTK meliputi: (1) rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi, panduan diskusi/refleksi, dan instrumen penelitian yang digunakan. Lampirkan semua instrumen yang dibutuhkan atau yang telah dipakai. Instrumen yang dilampirkan bukan lampiran kosong akan tetapi contoh lampiran yang telah diisi. Misalnya hasil kerja siswa, hasil observasi, hasil angket dan lainnya.

    L.     Permasalahan Dalam PTK
    Terkait dengan tujuan PTK, terdapat tiga kesalahan yang sering terjadi dalam penerapan PTK, yaitu
    1.       Salah :  Isi ajaran pada siklus pertama,  diulang dan diajarkan kembali pada siklus yang kedua.
    Seharusnya:  Apa yang diajarkan  pada siklus kedua, harus berupa isi bahasan lanjutan dari apa yang telah diajarkan pada siklus sebelumnya, sesuai dengan RPP yang telah dirancang. Bukan mengulanginya.
    2.       Salah: Metode mengajar baru, yang diterapkan pada siklus pertama, dirubah dengan memakai  metode mengajar yang lain pada siklus kedua. Misalnya pada siklus pertama memakai metode STAD, pada siklus kedua dirubah dengan metode bermain peran.
    Seharusnya: Metode mengajar yang digunakan pada siklus kedua adalah TETAP memakai metode mengajar yang telah dipakai pada siklus pertama, dengan perbaikan dalam melaksanakan pembelajarannya. Perbaikan itu didasarkan hasil evaluasi dan refleksi pada siklus pertama. Contoh: pada siklus pertama dipakai metode mengajar STAD, pada siklus berikutnya tetap dipakai metode STAD dengan perbaikan dalam pelaksanaan  penerapannya.
    3.       Salah : Siswa yang mengikuti kegiatan pada siklus pertama berbeda dengan siswa yang mengikuti pada siklus kedua.
    Seharusnya: Siswa pada pelaksanaan PTK harus tetap, siswanya harus sama mulai dari siklus pertama sampai siklus terakhir.


    Menurut Supardi (2011:95) PTK yang tidak jelas apa, mengapa dan bagaimana tindakannya terindikasi (1) judul PTK isinya bukan PTK, (2) ditulis tindakan tertentu, tapi  tidak ada dalam bahasannya, tidak jelas PTKnya karena jumlah halaman sangat terbataa, kurang dari 30 halaman, (3) tidak jelas kerangka isinya.
    PTK yang tidak lengkap uraiannya dengan indikasi (1) tidak ada atau kurang lampiran dokumennya, (2) tidak ada uraian tentang kapan PTK dilakukan, (3) tidak ada uraian dan hasil di setiap siklus dan setiap pertemuan (biasanya hanya ada di RPP), (4) tidak jelas uraian tentang langkah-langkah tindakan setiap siklus.
    PTK  namun tidak benar dengan indikasi (1) tidak ada siklus dari tindakannya (minimum 2 siklus), (2) kegiatan satu siklus sangat terbatas (paling tidak satu siklus 2 pertemuan), (3) tidak ada penjelasan apa tindakan sebelumnya dan apa tindakan yang baru.
    PTK tidak asli dengan indikasi bukan buatan yang bersangkutan, tidak ada kegiatan PTK, semua hasil rekasaya, tidak disertai lampiran yang mampu mendukung keasliannya

    M.      Kelemahan Yang Dijumpai Pada Waktu PTK
    Laporan PTK namun tidak jelas apa, bagaimana, dan mengapa kegiatan tindakan itu dilakukan, dan tidak jelas peran hasil evaluasi dan refleksi sebagai dasar penentuan siklus-siklus berikutnya. Laporan PTK namun apa yang dijelaskan hanya laporan pembelajaran biasa, tidak ada hasil tindakan yang merupakan pembaharuan dari kegiatan yang biasa dilakukan, tahapan tiap siklus sama dengan pembelajaran biasa. PTK bukan pembelajaran biasa akan tetapi merupakan proses mencoba tindakan baru dan menganalisis penggunaan metode baru, yang diutamakan bukan hasil tetapi proses.
    Laporan PTK, namun (a) Metode penelitian belum mengemukakan tahapan setiap siklus dan indikator keberhasilannya; (b) hasil dan pembahasan belum melaporkan data lengkap tiap siklus perubahan yang terjadi pada siswa, guru atau kelas serta pembahasan seluruh siklus; (c) lampiran belum lengkap.
    PTK yang ditolak tidak jelas apa, bagaimana dan mengapa kegiatan tindakan yang dilakukan,  juga tidak jelas bagaimana peran hasil evaluasi dan refleksi pada penentuan siklus-siklus berikutnya. Apa yang dijelaskan dalam laporan tersebut  hanya berupa  laporan pembelajaran yang  biasa, tidak ada tindakan yang merupakan pembaharuan dari kegiatan yang biasa dilakukan, tahapan dalam siklus sama dengan tahapan pembelajaran biasa. PTK bukan pembelajaran biasa tetapi merupakan proses mencoba dan menganalisis penggunaan metode baru yang diutamakan bukan hanya hasil tetapi prosesnya.

    N.   Publikasi Karya PTK
    Laporan hasil PTK, berdasar pada  Permennegpan dan RB Nomor 16 tahun 2009, dapat dipublikasikan  dalam  3 (tiga) macam bentuk yakni: (1) Buku, (2) Artikel ilmiah pada majalah ilmiah/jurnal ilmiah, (3) Makalah Laporan Hasil Penelitian. Menurut Permennegpan dan RB Nomor 16 tahun 2009, masing jenis publikasi laporan PTK dirinci sebagai berikut:
    1.       Publikasi berbentuk buku adalah berupa buku yang berisi laporan hasil penelitian yang diterbitkan/ dipublikasikan dalam bentuk buku ber ISBN dan telah mendapat pengakuan BSNP.  Nilai angka kreditnya 4 (empat).
    2.       Artikel ilmiah, adalah laporan hasil penelitian yang disusun menjadi artikel ilmiah diterbitkan/dipublikasikan dalam majalah ilmiah/jurnal ilmiah yang diedarkan secara nasional dan terakreditasi (angka kredit 3), atau jurnal ilmiah tingkat provinsi (angka kredit 2), atau jurnal ilmiah tingkat kabupaten/kota (angka kredit 1).
    3.       Laporan hasil penelitian berupa makalah yang telah seminarkan di sekolah/madrasahnya dan disimpan di perpustakaan (angka kreditnya 4).
    O.   Penilaian PTK Untuk Pengembangan Profesi
    Berbeda dengan penilaian skripsi atau tesis, dimana penilai (dalam hal ini dosen pembimbing)  dapat bertatap muka dengan yang dinilai (dalam hal ini mahasiswa). Penilaian Publikasi Ilmiah dilakukan tanpa melibatkan guru secara tatap muka. Penilaian dilakukan berdasar dokumen bukti fisik yang dilampirkan.
    Bagaimana tim penilai dapat meyakini bahwa PTK yang dilaporkan “benar-benar telah dilakukan”. Dan bukan berupa  PTK hasil  direkayasa (misalnya  PTK yang hasil buatan orang lain). Guru tidak melakukan PTK, namun  “dapat” membuat laporan PTK  yang tentunya palsu (tidak asli). Salah satu dokumen yang umum dipakai tim penilai dalam melihat keaslian laporan PTK adalah kelengkapan dokumen. Dokumen tersebut di antaranya  adalah kelengkapan lampiran yang harus mampu menunjukkan/ membuktikan bahwa PTK yang dilaporkan benar-benar telah dilakukan di kelasnya. Makin lengkap lampiran tersebut, makin tinggi tingkat keyakinan terhadap keasliannya. Laporan PTK  yang tanpa disertai lampiran, sangat meragukan. Contoh lampiran yang umumnya disertakan pada laporan PTK.
    1.       Data diri guru yang melakukan PTK, meliputi keterangan diri, tugas pokok dan fungsi, keterangan kegiatan PTK yang pernah dilakukan (bila ada) dan  keterangan lain yang diperlukan.
    2.       Surat ijin dari kepala sekolah tentang pelaksanaan PTK yang menjelaskan kapan waktu PTK, apa judulnya, dll.
    3.       Rencana rinci isi topik bahasan  baik pada siklus pertama, maupun siklus-siklus berikutnya
    4.       Rencana rinci (skenario) pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan metode mengajar yang baru, baik pada siklus pertama maupun siklus-siklus berikutnya
    5.       Jadwal rinci pelaksanaan PTK (memuat tanggal, hari, jam) 
    6.       Daftar hadir siswa di setiap kegiatan (memuat tanggal, hari, jam, kegiatan yang dilakukan, nama siswa, tanda tangan, dan informasi lainnya)
    7.       Semua instrumen pengamatan proses pembelajaran yang telah dipergunakan dalam pelaksanaan PTK misalnya (a) isian format observasi guru dalam pelaksanaan mengajar yang telah diisi dan ditandatangai oleh observer, (b) isian format pengamatan atkivitas kelas, (c) isian format pengamatan siswa dalam proses pembelajaran. Semua isian instrumen ada nama dan tanda tangan yang mengisi (melakukan) pengamatan.  Instrumen tersebut terdiri dari semua kegiatan pengamatan baik pada siklus I dan siklus-siklus berikutnya.
    8.       Semua instrumen pengamatan hasil  pembelajaran yang telah dipergunakan dalam pelaksanaan PTK misalnya (a) soal ujian, kuis, soal pekerjaan rumah, dll, berikut  hasil pekerjaan siswanya, (b) format wawancara, atau format pencatatan hasil belajar yang lain berikut bukti hasil pencatatannya (c) instrumen dan hasil isian instrumen lain yang ditujukan untuk mengukur hasil pembelajaran.  Dokumen  tersebut terdiri dari semua hasil kegiatan pengamatan baik pada siklus I dan siklus-siklus berikutnya.
    9.       Catatan-catatan harian, atau informasi lain  yang memberikan informasi rinci dari kegiatan guru dalam proses pelaksanaan PTK.
    10.   Foto-foto kegiatan siswa, kegiatan observer selama kegiatan dilakukan baik pada siklus I dan siklus-siklus berikutnya. Foto-foto tersebut harus  disertai keterangan yang memadai tentang aktivitas apa yang tertera di dalam foto.
    11.   Surat pernyataan/persetujuan dari rekan sejawat guru untuk bertugas sebagai observer, berikut data diri guru observer tersebut.
    12.   Data-data hasil pengamatan atau hasil analisis data yang tidak termasuk pada isi laporan. Atau tabel-tabel lain yang diperlukan untuk mendukung isi laporan.
    13.   Keterangan bahwa laporan PTK telah diseminarkan di sekolah yang terdiri dari (a) berita acara seminar, (b) makalah (atau power point) yang disajikan dalam seminar keterangan dari panitia seminar, (c) keterangan dari panitia seminar, (d) keterangan dari kepala sekolah, (e) daftar hadir  peserta seminar yang menunjukkan nama, NIP, tugas guru, asal sekolah, dan tanda tangan kehadiran.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, Suharsimi. (2006) Penelitian Yindakan Untuk Kepala Sekolah dan Pengawas. Yogyakarta: Adiyta Media.

    Arikunto, S, Suhardjono, dan Supardi. (2009) Cara Cepat Menguasai PTK. Jakarta: Bumi Aksara.

    Asikin,dkk.  (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Manunggal Karso.

    Aqib, Zaenal.  (2009) Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Yrama Widya.

    Bafadal. (2012). Meningkatkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Bumi Aksara.

    Dibyo, Eko, M. (2011). Jenis Publikasi Ilmiah dalam PK Guru. Semarang: Universitas Veteran.

    Elfanani, Burhan. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Araska.

    Marhaeni, Tri. (2009) Penelitian Tindakan Kelas. Bahan Tayang Pelatihan PTK. Kudus: Diklat Penulisan PTK 20 Juli 2016.

    Subyantoro. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

    Slameto. (2011). Seminar Model-Model Pembelajaran. Tabelo: 11-13 Juni 2009.

    Suhardjono. (2009). Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Malang: Cakrawala Indonesia.

    Suhardjono, Suparno, Supardi dan Abdul Azis Hoesein. (2011). Publikasi Ilmiah dalam Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru. Malang: Cakrawala Indonesia.

    Supardi.  (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

    Supardi dan Suhardjono. (2012). Strategi Menyusun Penelitian Tindakan kelas berdasarkan Permenpan dan Reformasi Birokrasi no.16 tahun 2009. Yogyakarta: Andi Offset.

    Suroso. (2012). Petunjuk Penyusunan Skripsi. Salatiga: UKSW.

    Wardhani, IGAK. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.


    TUGAS KELOMPOK
    MENYUSUN KERANGKA BERPIKIR PROPOSAL PTK

    A.    Pilih salah satu topik berikut (sesuai pembagian kelompok)

    1.       Masalah Belajar siswa
    2.       Pemanfaatan Fasilitas dan alat bantu
    3.       Sistem Penilaian dan Evaluasi belajar
    4.       Pengembangan Profesionalisme
    5.       Penanaman dan pengembangan nilai dan sikap
    6.       Pengembangan Kurikulum dan sumber belajar
    7.       Pengelolaan dan Pengendalian kelas
    8.       Desain dan Strategi Pembelajaran
    9.       Proses Pembelajaran

    B.    Diskusikan topik tersebut, rumuskan jawaban setiap butir pertanyaan di bawah ini dan tuliskan pada kolom yang telah di sediakan.

    1.    Kerangka  Pikir :
    a.       Tulislah masalah-masalah atau kendala-kendala yang dihadapi Guru ketika   melaksanakan tugas sesuai dengan topik yang dibahas.
     

           




    b.      Pilihlah salah satu masalah (butir 1.a.) yang paling mendesak dan perlu dipecahkan.
     






    c.       Berikan alasan mengapa masalah tersebut mendesak dan penting untuk segera dicarikan pemecahannya berdasarkan pokok-pokok kajian teori dan empirik di lapangan.
     





    d.      Kemukan faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya masalah tersebut, berdasarkan analisis kajian teori dan empirik di lapangan.
     






    e.      Rumuskan satu alternatif pemecahan masalah, berdasarkan hasil analisis kajian tersebut di atas.







    2.    Kerangka Kerja
            a.    Rumusan Masalah:
     





            b.    Rencana Tindakan:
                    Siklus 1:
                    1).   Perencanaan Tindakan:
     






                    2)    Pelaksanaan Tindakan
     






                    3)    Pengamatan / Pengumpulan Data :
     






                    4)    Refleksi
     













                            Bila permasalahan belum terselesaikan, pastikan kelemahan siklus pertama, kemudian rumuskan rencana kegiatan 2. 
                    Siklus 2:
                    1).   Perencanaan Tindakan:
     






                    2)    Pelaksanaan Tindakan
     






                    3).   Pengamatan / Pengumpulan Data :
     






                    4)    Refleksi
     






    c.     Buatlah Format Observasi untuk digunakan dalam proses PTK sesuai permasalahan di atas yang setidak-tidaknya terdiri atas (1) Aspek yang diobservasi, (2) Skor, serta dilengkapi petunjuk penskorannya.
     











    LATIHAN MENYUSUN PROPOSAL PTK
    1.    Tulislah judul PTK yang diusulkan ?
     





            Catatan :
            Judul PTK hendaknya mengandung unsur-unsur sebagai berikut: masalah yang akan diteliti (what), cara menyelesaikan masalah (how), dan subyek yang mengalami masalah (who).

    2.    Deskripsikan masalah yang dihadapi?
     






            Masalah dideskripsikan dengan memuat hal-hal sebagai berikut:
    (1)     apakah deskripsi masalah telah disesuaikan dengan kondisi nyata, dengan dukungan data yang terjadi di kelas?
    (2)      apakah deskripsi masalah telah memuat identifikasi satu masalah yang mendesak untuk segera dipecahkan?
    (3)      apakah deskripsi masalah telah memuat tentang analisis masalah?
    (4)      apakah deskripsi masalah telah memuat rumusan masalah?

    3.    Deskripsikan cara pemecahan masalah yang diajukan ?
     





            Cara pemcahan masalah dideskripsikan dengan memuat hal-hal sebagai berikut:
    (1)       apakah ada alternatif pemecahan masalah ?
    (2)      apakah alternatif pemecahan masalah itu didasarkan pada teori tertentu ?
    (3)      apakah alternatif pemecahan masalah itu bertolak dari hasil analisis ?

    4.    Rumuskan hasil yang diharapkan dari PTK ?
     








            Rumusan hasil yang diharapkan dalam penelitian telah memuat hal –hal sebagai berikut:
    (1)       apakah rumusan hasil yang diharapkan telah mengemukakan hasil yang diharapkan oleh peserta didik ?
    (2)      apakah rumusan hasil yang diharapkan telah mengemukakan hasil yang diharapkan oleh praktisi (kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan lainnya di sekolah) ?
    (3)      rumuskan tujuan penelitian yang ingin dicapai?, kemukakan dalam kalimat tanya, mengandung unsur masalah dan tindakan, boleh mengemukakan lebih dari satu.

    6.    Kemukakan Metode Penelitian yang akan anda lakukan ?
     





            Metode penelitian yang dilakukan telah mengemukakan hal-hal sebagai berikut :
    (1)       apakah memuat objek, waktu, dan lokasi penelitian/
    (2)      apakah memuat jumlah siklus yang akan dilakukan dan jumlah pertemuan setiap siklus?
    (3)      apakah setiap siklus memuat 4 (empat) langkah pokok dalam PTK ?
    (4)      apakah memuat data dan cara pengumpulan data dan analisisnya ?
    (5)      apakah memuat indikator kinerja sebagai tolok ukur keberhasilan PTK ?

     6. Kemukakan jadual kerja yang meliputi persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, analiais hasil serta penyusunan laporan, serta seminar hasil penelitian.

    Rounded Rectangle: Lembar Kerja : 
Merumuskan Proposal PTK
     

       
                                                                                                                                          


    Setelah mengisi lembar di atas, lanjutukan dengan menuliskan isian berikut pada lembar kertas ini

    Jawaban tugas 1 :
    (Isilah setiap pertanyaan/pernyataan  di bawah ini sesuai dengan kerangka pikir berikut  )

    Metode pembelajaran yang digunakan
    ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
    Peningkatan hasil yang dicapai
    ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………………………….


    Pokok bahasan yang dibahas
    ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

    Pada mata pelajaran
    ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..………………………………….
    Bagi siswa kelas …………………………………………
    Sekolah ……………………………………………………..
    Di Kota ………………………..……………………………..

    Jawaban tugas 2 :

    Rumuskan permasalahan berdasarkan kerangka pikir di atas :
    ..................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
    .........................................................................................................................................................
    .........................................................................................................................................................

    Kemukakan 4 (empat) alasan mengapa Bapak/Ibu mempermasalahkan hal tersebut ?



    Kemukakan Tujuan yang ingin dicapai dari PTK yang akan Anda lakukan




    Kemukakan manfaat yang diperoleh dari PTK  yang akan Anda lakukan.







    Jawaban tugas 3 :
    Tuliskan APA, MENGAPA dan BAGAIMANA tindakan yang akan Bapak/Ibu lakukan ?
    (tuliskan jawaban Bapak/Ibu, dengan serinci mungkin!)








    Jawaban Tugas 4 :
    Tuliskan perbedaan antara tindakan yang akan dilakukan dalam PTK dengan tindakan yang selama ini dilakukan, dan jelaskan pula apa KEHEBATAN, KEUNGGULAN dari tindakan baru yang akan dilakukan tersebut.
    Nama metode pembelajaran yang selama ini dilakukan:




    Nama metode pembelajaran BARU (tindakan) yang akan dilakukan dalam PTK:




    Kelemahan metode yang selama ini dilakukan






    KEHEBATAN dan MANFAAT metode pembelajaran baru (tindakan) yang akan dilakukan dalam PTK


    Jawaban Tugas 5.
    Tuliskan macam data yang akan dihimpun dan instrumen yang akan dipakai dalam menghimpun data tersebut.
    Data yang akan dihimpun selama pelaksanaan PTK
    Instrumen yang akan dipakai dalam menghimpun data

    1 ..
    2 ……





    Kerangka pikir Isian jawaban Bapak/Ibu di atas dapat menjadi dasar untuk membuat proposal  PTK. Tugas selanjutnya, buatlah proposal PTK berdasarkan kerangka pikir yang telah Bapak/Ibu  kerjakan!



    TENTANG PENULIS
     

    Nur Hadi, lahir di Kudus 26 Juni 1976. Setelah tamat MA TBS Kudus tahun 1996, sambil bekerja Penulis melanjutkan studi jurusan Tarbiyah PAI STAIN Kudus tamat tahun 2005. Selain itu juga menamatkan D2 PGSD IKIP PGRI Semarang tahun 2006 dan transfer program S1 PGSD Universitas Terbuka tamat tahun 2014.
    Prestasi yang pernah diraih dalam profesi keguruan:
    1.   Juara 1 Lomba Kreativitas Dan Inovasi Pembelajaran IPA yang diselenggarakan P4TK IPA Kemdikbud tahun 2014.
    2.   Juara 2 lomba guru berprestasi, UPT Pendidikan Kec. Jekulo, Tahun 2014.
    3.   Juara 3 lomba guru berprestasi, UPT Pendidikan Kec. Jekulo, Tahun 2013.
    4.   Finalis Olimpiade Nasional Pembelajaran Matematika Yang Diselenggarakan P4TK Matematika Kemdikbud Tahun 2015.
    5.   Finalis lomba karya ilmiah inovasi pembelajaran guru SD, Dinpendik Provinsi Jawa Tengah  Tahun 2013.
    6.   Finalis lomba pembuatan CD  multimedia pembelajaran interaktif, LPMP Jawa Tengah, Tahun 2013.
    Motto hidup penulis, sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat bagi sesamanya.

    KATA PENGANTAR
    Puji syukur kehadirat Allah Taala berkat karunia-Nya buku cara mudah memahami penelitian tindakan kelas dapat terselesaikan. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu bentuk publikasi ilmiah yang harus dilakukan guru dalam melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan. Seorang guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas yang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas mengajar dengan model pembelajaran terbaru.
    Penelitian tindakan kelas efektif untuk guru karena tindakan dilaksanakan pada saat guru melaksanakan pembelajaran di kelas. Jenis tindakan adalah pemecahan masalah nyata yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Tindakan yang tepat akan berdampak terhadap perbaikan hasil pembelajaran. Disamping itu, proses dan hasil tindakan dapat menjadi karya tulis ilmiah guru untuk pengembangan profesi.
    Penulisan buku cara mudah memahami penelitian tindakan kelas merupakan resume pendapat para pakar pendidikan yang penulis kutip dengan menyebutkan sumber aslinya dengan harapan dapat membantu para guru memahami penelitian tindakan kelas dari banyak sumber dan tidak terpancang satu aliran. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan buku ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan buku ini mendatang.
    Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yeng telah membantu penerbitan buku ini semoga Allah Taala memberikan pahala kesejahteraan dunia akhirat. Kepada semua pembaca yang budiman semoga dapat berkarya dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas dan mampu menyusun pelaporannya.

    Penulis





    Posting Lebih Baru
    Previous
    Ini adalah postingan terakhir.
    • Komentar Blogger
    • Komentar Facebook

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Silakan tulis komentar

    Item Reviewed: Cara Mudah Memahami PTK Rating: 5 Reviewed By: http://haekalintipustaka.blogspot.com/
    Scroll to Top